iaminkuwait.com, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya mencegah penyebaran penyakit Mpox (Monkeypox) atau Cacar di Indonesia. Inisiatif strategis diambil dengan menyiapkan total 4.450 dosis vaksin.
Jumlah tersebut untuk 2.225 orang, setiap orang akan mendapat dua dosis vaksin. Pemberian vaksin dinilai sebagai langkah penting dalam memutus rantai penularan cacar monyet. Dengan kekebalan yang didapat dari vaksin, diharapkan risiko tertular penyakit ini bisa sangat berkurang.
“Kementerian Kesehatan telah melaksanakan vaksin MPAX pada kelompok risiko tinggi dengan target 495 pada tahun 2023,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Udi Pramono.
Selain vaksinasi, Kementerian Kesehatan mendorong masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak berganti-ganti pasangan atau perilaku seksual sesama jenis. Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk segera mengunjungi dokter di fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala penyakit tersebut. Yodi mengatakan, masa pemulihan pasien MPX berkisar antara dua hingga empat minggu, dengan durasi sakit paling singkat adalah 14 hari setelah gejala pertama muncul.
Ia menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Status tersebut, kata dia, diumumkan pada 14 Agustus 2024 dalam kasus MPX di Republik Demokratik Kongo dan di beberapa negara Afrika.
Selain itu, kata dia, dalam laporan terbaru WHO pada 15 Agustus 2024, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang mengonfirmasi Clade IB tipe MPX pada seseorang dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Clade I dianggap lebih ganas dan lebih menular dibandingkan MPXV clade II.
Ia menjelaskan, penularan virus MPX, terutama dari orang ke orang, merupakan hal yang perlu diwaspadai. Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak dekat dengan cairan tubuh atau kontak tidak langsung dengan luka kulit atau benda yang terkontaminasi orang yang terinfeksi.
Penyakit MPX, kata dia, menular melalui kontak langsung kulit ke kulit atau melalui selaput lendir, termasuk saat berhubungan seksual. Penularan melalui droplet biasanya memerlukan kontak dekat yang berkepanjangan, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau melakukan kontak dekat dengan suatu kasus berisiko lebih tinggi untuk tertular.
Yodi mengutip laporan “Laporan Teknis Mpox di Indonesia Tahun 2023” yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2024. Pada kasus terkonfirmasi, gejala Mpox yang paling sering dilaporkan adalah luka, disusul demam, ruam, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening). . Menyikapi keadaan darurat kesehatan tersebut, ia meminta masyarakat, khususnya para pelancong, untuk waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terkena dampak Mpox, serta mengikuti anjuran pemerintah.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan berupaya menyediakan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan pengobatan suportif dan simtomatik. Perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri, diperlakukan sebagai pengobatan.
Sebelumnya, pada Juli 2022, wabah Mpox yang meluas di berbagai negara memaksa WHO untuk menyatakan penyakit tersebut sebagai PHEIC. Status PHEIC diumumkan akan berakhir pada Mei 2023 menyusul penurunan kasus global yang terus berlanjut.
Laporan tersebut mengacu pada “epidemi Mepox di beberapa negara. Laporan situasi eksternal yang diterbitkan oleh WHO pada 12 Agustus 2024 35”, mencatat 99.176 kasus MPX yang dikonfirmasi, termasuk 208 kematian, dilaporkan oleh 116 negara anggota WHO dari 1 Januari 2022 hingga 30 Juni 2024. Di kawasan Afrika, Republik Demokratik. Kongo memiliki jumlah kasus Mpox tertinggi, yaitu 96 persen dari total kasus di benua tersebut.