iaminkuwait.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis (5/9/2024). Faisal meninggal sekitar pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan. Pria kelahiran 6 November 1959 di Bandung ini meninggal dunia di usia 64 tahun.
Mantan Menteri Keuangan Indonesia Chatib Basri mentweet di X bahwa Indonesia telah kehilangan salah satu ekonom terbaiknya. Chatib mengaku banyak belajar tidak hanya tentang ilmu ekonomi dari Faisal Basri. Almarhum adalah sosok teladan yang memiliki integritas, ketabahan, komitmen terhadap demokrasi dan keadilan.
“Faisal Basri adalah salah satu ekonom terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Saya dan saya terakhir berpidato pada 16 Agustus 2024 menyambut 900 mahasiswa baru UI. Bang Faisal bye teman-teman senior dan selamat tinggal para guru!” tulisnya, dikutip Kamis (05/09/2024).
Menanggapi cuitan Chatib, Siddu, salah satu mahasiswa Faisal Basri di bidang Ekonomi Pembangunan, menggambarkan sosok Faisal Basri sebagai sosok sederhana dan santai yang mengajar sambil merokok. “Pak Faisal Basri adalah guru ekonomi pembangunan saya yang tidak akan pernah terlupakan (cirinya mengajar sambil merokok). Bahkan pidatonya bahwa gula adalah satu-satunya makanan penutup yang dapat dinikmati oleh masyarakat miskin Indonesia masih berlaku hingga saat ini. Terima kasih anda pak faisal,” tulis Siddu X melalui @Siddu_Rocky2.
Faisal Basri dalam pidatonya sering menyinggung bagaimana harga gula menentukan kehidupan masyarakat miskin. Pasalnya, ini merupakan salah satu dari tiga pemanis makanan dan minuman yang paling banyak dikonsumsi. Ia menjelaskan, masyarakat miskin membutuhkan harga gula yang terjangkau, stabil, dan tidak membebani biaya hidup mereka.
Menurutnya, masyarakat dari kasta bawah hanya membutuhkan tiga komponen untuk bertahan hidup, yakni beras, rokok, dan gula. Jadi, ketika harga gula berubah, itu bisa menjadi isu sensitif.
“Masyarakat miskin menikmati manisnya hidup hanya dengan gula, ada pula yang tidak. Di desa-desa mereka diberi teh dan kopi, manis sekali, sensitif terhadap masyarakat miskin,” ujarnya pada pertengahan tahun 2016.
Faisal Basri terkenal dengan sejarah pendidikan kelasnya. Beliau merupakan lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (1985) dan memperoleh gelar MA bidang Ekonomi dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, USA (1988), seperti dikutip dari laman LPEM FEB UI.
Cucu mendiang mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik ini memulai karirnya sebagai dosen ekonomi politik, ekonomi internasional, ekonomi pembangunan dan sejarah pemikiran ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Faisal juga merupakan dosen Magister Akuntansi (Maxi), Magister Manajemen (MM), Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP) dan program Magister (1988 hingga sekarang) di Universitas Indonesia.
Semasa karir akademisnya, Faisal pernah menjabat sebagai Ketua ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEB UI (1995-1998) dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999-2003).
Sedangkan di bidang pemerintahan, Faisal Basri pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Koordinator EQUIN II (1985-1987) dan anggota Kelompok Pendukung EQUIN Presiden RI (2000).
Menurut Republik, Faisal juga merupakan salah satu pendiri Majelis Rakyat Amana (Mara) yang kemudian menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). Faisal pernah menjabat Sekretaris Jenderal DPP PAN bersama Amien Rais yang merupakan Ketua PAN pada awal Reformasi.