Fashion Show Baju Renang Digelar Pertama Kali di Arab Saudi, Ini Kata Desainer

 

REPUBLIKA.CO.JAKARTA – Arab Saudi menggelar peragaan busana pakaian renang pertamanya pada Jumat (17/5/2024). Hal ini mewakili pergeseran budaya di negara di mana banyak perempuan mengenakan abaya.

Sebagian besar model memamerkan pakaian renang off-the-shoulder, beberapa memamerkan bagian perut mereka, sementara yang lain memamerkan garis leher yang menjuntai dan garis leher yang menjuntai. Sebelumnya, gaya ini tidak diperbolehkan ditampilkan di depan umum di Arab Saudi.

Acara di tepi kolam renang tersebut berlangsung pada hari kedua Red Sea Fashion Week di The St. Itu diadakan di Regis Red Sea Resort. Pertunjukan utama acara tersebut adalah koleksi pakaian renang sederhana karya desainer Maroko Yasmina Kanzal. Turtleneck one-piece dengan garis leher V dalam dan hiasan off-shoulder.

“Memang negara ini sangat konservatif, tapi kami berusaha menghadirkan pakaian renang elegan yang mewakili dunia Arab. Saat kami datang ke sini, kami menyadari bahwa pameran pakaian renang di Arab Saudi adalah momen bersejarah karena pertama kali. kapan itu terjadi,” kata Qanzal kepada AFP. 

Pekan mode ini merupakan bagian dari Red Sea Global, salah satu mega proyek inti program reformasi sosial dan ekonomi Visi 2030 yang dipimpin oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Industri fesyen sedang booming di Arab Saudi.

Pada tahun 2022, menurut laporan terbaru Otoritas Mode Saudi, industri ini akan menghasilkan 12,5 miliar dolar AS, atau 1,4% dari PDB nasional, dan menyediakan lapangan kerja bagi 230.000 orang. Pertumbuhan ini sejalan dengan tujuan Visi 2030 yang lebih luas, yaitu menjadikan Arab Saudi sebagai pusat mode dan budaya global.

Sejak pengangkatannya sebagai putra mahkota pada tahun 2017, bin Salman telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk memodernisasi masyarakat Saudi, termasuk mengesampingkan polisi agama, memperkenalkan kembali bioskop, dan mendirikan festival musik campuran ras. Secara keseluruhan, reformasi ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang bin Salman untuk mengurangi ketergantungan kerajaan terhadap minyak dengan mendiversifikasi perekonomian dan mengembangkan sektor lain, mulai dari teknologi hingga pariwisata, olahraga, hiburan, dan mode. Rencana tersebut mencakup serangkaian reformasi sosial yang bertujuan untuk meliberalisasi beberapa tradisi budaya kerajaan yang ketat, serta beberapa proyek infrastruktur besar yang saat ini sedang berjalan yang, jika selesai, akan menjadikan Arab Saudi sebagai tujuan utama modal asing.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *