Fenomena Jam Koma Ramai Dibahas Gen Z di Medsos, Apa Itu?

iaminkuwait.com, JAKARTA — Belakangan ini istilah “jam koma” ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya oleh Generasi Z atau Gen Z. Misalnya saja di jejaring sosial TikTok, banyak koleksi video yang menampilkan momen-momen koma. oleh seseorang

Dalam dunia psikologi, jam koma biasa disebut dengan kelelahan kognitif, kata Zaki Nur Fahmawati, psikolog Universitas Muhammadiyah Sidorjo (Umsida). Merupakan suatu kondisi dimana aktivitas mental seseorang menurun setelah melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan konsentrasi tinggi dan aktivitas mental yang konstan.

Dalam keterangannya yang dikutip Sabtu (26/10), Zaki mengatakan: “Kelelahan kognitif terjadi ketika sumber daya mental seseorang habis atau terbebani, sehingga sulit fokus, berpikir jernih, dan mengambil keputusan. Melakukan tugas dengan benar atau efektif.” / 2024).

Zacki kemudian menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan kognitif atau koma selama berjam-jam. Pertama, tugas yang kompleks. Menurut Zacki, jika seseorang memproses banyak informasi atau melakukan hal-hal yang membutuhkan pemikiran kritis dan analitis yang mendalam dalam jangka waktu yang lama, otak menjadi kelebihan beban.

Kedua, stimulasi berlebihan. Saki menjelaskan bahwa lingkungan yang penuh dengan gangguan, seperti suara keras, multitasking, atau seringnya berpindah fokus antara tugas yang berbeda, memberikan rangsangan yang berlebihan pada tubuh.

“Hal ini sering dirasakan di era digital ini. Orang-orang terus-menerus berpindah antara jaringan sosial dan pekerjaan yang berbeda, sehingga menyebabkan kelelahan mental yang kronis,” kata Zaki.

Kemudian faktor yang ketiga adalah kegelisahan. Zacki mengatakan otak membutuhkan waktu untuk benar-benar pulih setelah berolahraga keras. Oleh karena itu, bekerja tanpa istirahat panjang atau kurang tidur dapat meningkatkan kelelahan kognitif.

Selain itu, faktor stres emosional seperti stres akibat pekerjaan atau masalah pribadi juga dapat memicu timbulnya koma. Saki menjelaskan, ketika seseorang mengalami stres emosional, otak bekerja lebih keras untuk menekan emosi negatif tersebut sehingga menurunkan kapasitas mental untuk melakukan tugas intelektual.

“Aktivitas yang membosankan dan kurang menantang dapat menyebabkan kelelahan kognitif. Seseorang mungkin mengalami kelelahan mental karena kurangnya rangsangan baru atau berbeda, sehingga menyebabkan stagnasi dan berkurangnya kemampuan kognitif,” kata Saki.

Dia menjelaskan bahwa jam koma lebih dikaitkan dengan hasil yang merugikan. Misalnya kinerja buruk karena sulit berkonsentrasi, kurang motivasi dalam menjalankan tugas, kelelahan mental, melakukan kesalahan dalam bekerja, suasana hati yang buruk.

“Berjam-jam koma bisa memicu gangguan jiwa seperti marah, frustasi, atau depresi. Hal ini bisa berujung pada ketidakmampuan berfungsi maksimal,” ujarnya. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *