GAPKI: Pemerintah Ciptakan Ekonomi Baru Lewat Peremajaan Sawit Rakyat

Radar Sumut, Banjarmasin – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan pemerintah berhasil membentuk pusat iklim ekonomi baru melalui program Peremajaan Masyarakat Sawit (PSR) melalui jalur kemitraan.

Ketua Umum GAPKI Eddy Martono dalam keterangan yang diterima Kamis (25/4/2024) di Banjarmasin mengatakan, “Perkembangan kelapa sawit melalui bentuk kemitraan, dimana perusahaan mitra sebagai pemilik utama dan plasma sebagai pemilik kecil, sejak adanya 1980-an termasuk”.

Dikatakannya, awalnya model yang digunakan adalah Sistem Induk Perusahaan Perkebunan (PIR-BUN), yang kemudian digantikan dengan Model Transmigrasi Induk (PIR-TRANS) dan Model Kredit Koperasi Anggota (PIR-KKPA).

Program tersebut kemudian dikenal dengan nama PSR atau program Replantasi. “Program ini menggantikan bibit sawit yang sudah tua dan rusak dengan bibit muda yang bersertifikat,” ujarnya.

AD menjelaskan, selama pelaksanaan program PSR, petani sawit diberikan modal sebesar Rp30 juta per hektar untuk revitalisasi perkebunan sawit yang dianggarkan oleh Kantor Dana Perkebunan Kelapa Sawit (OPA BPDP-KS).

Pembiayaan kemitraan merupakan bagian dari pengembangan kelapa sawit. Program ini berkontribusi terhadap pesatnya perkembangan daerah-daerah baru karena berkembangnya pusat-pusat ekonomi baru yang berbasis lahan kelapa sawit.

Petani penerima bantuan dana, kata dia, menggunakan uang tersebut untuk menghidupkan kembali kelapa sawit melalui perusahaan pelatihan yang menjadi mitra, sehingga pada akhirnya mereka bisa memanen hasil panennya.

Eddy mengatakan dengan suksesnya program PSR berbasis kemitraan telah melahirkan petani sawit yang mandiri, seraya menambahkan telah lahir pusat ekonomi baru di keluarga petani sawit.

Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Gaja Mada, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Sakino mengatakan, selama mengikuti program PSR, pihaknya terbantu melalui pendanaan sebagai bibit pokok pengganti perkebunan kelapa sawit yang sudah tua. Dan tidak efektif lagi.

“Setelah kelapa sawit berbuah, kita harus menikmati hasilnya, yang pasti akan membantu kita sebagai petani, total luasnya sekitar 7.200 hektar,” kata Sakino, total luas lahan yang kita perlukan untuk menghidupkan kembali kelapa sawit per hektar 30 juta Rp membantu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *