iaminkuwait.com, JAKARTA – Beberapa retailer di Rusia membuka pre-order iPhone 16, meski Apple masih melarang ekspor ke negara tersebut. Konsumen di Rusia kini bisa memesan perangkat tersebut dengan harga ratusan dolar lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat (AS).
Pengecer elektronik terkemuka Rusia M.Video-Eldorado dan operator jaringan seluler MTS disebut-sebut menjadi dua pihak yang memboyong iPhone 16 ke negara tersebut. M.Video mengatakan pengiriman ponsel akan dimulai minggu depan dan MTS berharap dapat segera melakukan penjualan fisik.
Reuters melaporkan bahwa pada Maret 2022, Apple berhenti menjual produknya di Rusia dan menangguhkan layanan seperti ApplePay sebagai tanggapan atas invasi Moskow ke Ukraina. Sanksi Barat juga berupaya membatasi ekspor teknologi ke Rusia. Namun hingga saat ini Apple belum memberikan keterangan resmi terkait penjualan iPhone 16 di Rusia.
Pelanggan Rusia harus membayar ratusan dolar lebih banyak daripada pelanggan AS untuk mendapatkan iPhone 16. Harga yang ditawarkan M.Video untuk iPhone versi 128GB mulai US$1.225, lebih mahal US$400 dibandingkan di Amerika. Kemudian iPhone Pro Max versi kapasitas 1TB tersedia dengan harga US$2.710, jauh lebih tinggi dari US$1.599.
Merek asing yang berhenti mengekspor ke Rusia kini harus mengimpor melalui skema paralel yang disetujui oleh pemerintah Rusia. Barang-barang tersebut biasanya masuk ke Rusia melalui Turki, Kazakhstan, Tiongkok, India, dan Uni Emirat Arab, yang tidak memberikan sanksi terhadap Rusia. Skema impor paralel ini menggambarkan tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan ini dalam mengendalikan rantai pasokan ketika mereka keluar dari pasar.
Meski permintaan barang dan teknologi dari Barat di Rusia masih besar, namun pemerintah setempat terus mendorong produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Kremlin telah mendesak para pejabatnya untuk berhenti menggunakan iPhone, dengan alasan bahwa perangkat tersebut telah disusupi oleh perangkat lunak pengawasan oleh badan intelijen Barat. Namun Apple membantah klaim tersebut.