iaminkuwait.com, SAMOSIR — Rapat Dewan Direksi (RDG) pada 23 dan 24 April 2024, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 poin (bps) menjadi 6,25 persen. . Dijelaskan posisi kebijakan BI pasca keputusan kenaikan suku bunga BI, Erwin Haryono, Wakil Gubernur Komunikasi BI, namun tetap optimis terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Banyak pihak yang mempertanyakan perlunya menaikkan BI rate, tapi mengapa kita masih mengharapkan pertumbuhan ekonomi BI? Dalam situasi seperti ini, menaikkan BI rate adalah untuk menjaga stabilitas. Untuk melindungi nilai tukar,” kata Erwin di sebuah acara. Konferensi pers BI di Samosir, Sumatera Utara, Minggu (28 April 2024).
Ia mencontohkan, kebijakan BI saat ini merupakan kebijakan bauran. Erwin menjelaskan BI melihat perekonomian Indonesia positif dan berkembang.
Selain itu, tidak ada alasan mengapa rupee ke depan tidak menguat dan pertumbuhan ekonomi harus mencapai lima persen. Erwin menambahkan, neraca pembayaran juga sudah tercatat dengan baik, porsi utang sudah terselamatkan, dan 90 persen utang negara berkelanjutan.
“Perekonomian kita tumbuh, tidak ada alasan untuk melambat. Demi menjaga nilai tukar, BI menaikkan suku bunga. Penting bagi BI untuk meresponsnya,” kata Erwin.
Meski demikian, Erwin menegaskan, pandangan BI terhadap perekonomian Indonesia tidak banyak berubah. Ia mengatakan, BI rate bukan satu-satunya kebijakan yang menentukan posisi kebijakan BI.
Sementara itu, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Juli Budi Winantya mengungkapkan perekonomian Indonesia masih berfluktuasi. Juli yakin permintaan dalam negeri akan terus menjadi pendorongnya.
“Konsumsi masih kuat, secara historis rendah. Diharapkan investasi di bidang konstruksi tumbuh lebih baik untuk merangsang pertumbuhan ekonomi ke depan,” jelas Juli.
Untuk itu, Juli memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 sebesar 4,7 hingga 5,5 persen. Juli meyakinkan Bank Indonesia akan terus memperkuat kerja sama politik dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.