iaminkuwait.com, JAKARTA — Perusahaan konsultan real estate Jones Lang Lasalle (JLL) menyebutkan permintaan hunian di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan kelas menengah.
Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim, saat jumpa pers di Jakarta, Senin (13/5/2024), mengatakan permintaan rumah dengan harga kurang dari Rp 2 miliar merupakan yang paling diminati.
Menurut dia, berdasarkan data terkini JLL, 80 persen dari total penjualan properti residensial besar dengan luas lebih dari 200 hektare bernilai kurang dari 2 miliar dolar.
“Memang benar pasarnya berada di kisaran harga tersebut. Sekitar 80 persen harga rumah (terjual) sampai Rp 2 miliar, dan sekitar 70 persennya untuk rumah seharga 1,2 miliar dolar,” kata Yunus.
Ada banyak alasan mengapa tingginya permintaan ini, termasuk keterjangkauan. Yunus mengatakan, pengembang merespons permintaan tersebut dengan meluncurkan rangkaian produk perumahan dengan harga bervariasi dan fokus pada segmen menengah ke bawah.
“Para inovator juga menyikapi hal ini, tidak hanya membuat satu produk, membuat produk yang beragam, dan banyak di kalangan (menengah bawah),” kata Yunus.
Ia menambahkan, pasar real estat saat ini sehat meski ada kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). JLL menemukan bahwa JLL terus aktif membangun kelompok baru dari proyek perumahan yang sudah ada.
Bahkan, kota-kota yang tadinya sepi penjualan rumah kini mulai menambah unit rumah baru.
Tak hanya itu, kata Yunus, tingginya kebutuhan rumah tidak lepas dari adanya tambahan pajak yang dikenakan pemerintah (PPN DTP) untuk membeli rumah baru. Setelah diterapkan pada tahun 2021 dan 2022, kebijakan ini akan diterbitkan kembali pada bulan November 2023 hingga Desember 2024.
Insentif PPN DTP diberikan melalui pembayaran pajak hingga Rp 2 miliar yang termasuk dalam harga jual real estate hingga Rp 5 miliar.