iaminkuwait.com, KUDUS – Kepala Kelompok Kurikulum Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum dan Riset Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek, Yogi Angraena mengingatkan indikator pembelajaran Keberhasilan sesuai dengan metode pengajaran mandiri jika kegiatan belajarnya menyenangkan.
“Selain itu, kegiatan pembelajaran anak berlangsung secara mendalam,” ujarnya saat menjadi konsultan pada penutupan proyek “Peningkatan keterampilan direktur dan guru dalam penggunaan platform teknologi pendidikan” oleh Data dan Informasi mempersiapkan . Pusat Teknologi (Pusdatin), Pusat Pelayanan Platform Teknologi (BLPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Aula Kabupaten Yerusalem, Rabu (5 Januari 2024).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Pj Bupati Yerusalem M Hasan Chabibie, Pj Presiden Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Wibowo Mukti, Kepala Bagian Umum Pusat Layanan Teknologi Platform Galih Noor Abdillah, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran , Standar Pendidikan, Kurikulum dan Evaluasi. Badan Zulfikri.
Kalau selama ini gurunya seperti itu, kata dia, artinya seperti kurikulum mandiri, tapi belum namanya. “Jangan terlibat dalam kurikulum swasta yang membangun kurikulum. Belum lagi, itu menunjukkan pembelajaran itu menyenangkan, anak-anak belajar dengan gembira, aplikasi pembelajaran sudah berjalan. “Menggunakan kurikulum seperti sebelumnya juga tidak menjadi masalah, karena yang dipersyaratkan sudah terpenuhi,” ujarnya.
Yang terpenting, kata dia, guru tidak boleh terlibat dalam proses pengajaran. Karena bisa seperti pembelajaran sebelumnya dengan menggabungkan tiga hal yaitu tujuan, langkah-langkah dan penilaian.
Rencana pengajaran yang disiapkan Pemerintah, kata dia, dibuat untuk guru yang belum mampu merencanakan pembelajaran. Saat ini, mereka yang mampu menyusun rencana studi sendiri memiliki tiga hal penting. “Dulu sistem wajib belajar itu statis dan prosesnya sama, sekarang tidak lagi,” ujarnya.
Tujuan dari kurikulum mandiri adalah memusatkan perhatian pada materi dasar, menghilangkan materi yang tidak penting agar anak tidak kewalahan dengan materi yang berbeda-beda agar siswa tidak khawatir dan tidak paham. Pada rancangan pertama, kata dia, Presiden RI Joko Widodo meminta agar kurikulumnya dilonggarkan.
“Tidak ada tanggung jawab pada siswa sehingga mudah dalam mempelajari pelajaran alam dan sosial, apalagi untuk SD, kedua pelajaran ini digabung, tapi untuk SMA dan SMA bukan karena berkaitan dengan pelajaran guru. .
Namun, kata dia, upaya telah dilakukan untuk menyederhanakan materi. Misalnya pada pembelajaran matematika yang berkaitan dengan materi integral dan materi dasar. Karena sulit digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pada akhirnya tidak diajarkan pada hal-hal yang diperlukan.
Begitu pula dengan persoalan-persoalan lain yang dianggap kurang penting, dikurangi. Sehingga prestasi siswa menurun, dan guru kelas tidak termotivasi dengan tujuan pengajaran mata pelajaran tersebut. “Kurikulum mandiri juga ingin memberikan keleluasaan bagi guru dalam mengajar,” ujarnya.