iaminkuwait.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tengah memantau perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa, atau Indonesia – EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) yang akan ditandatangani tahun ini. . atau lebih tepatnya di game ke-19.
Edi Prio Pambudi, Deputi Koordinator Kerja Sama Ekonomi Internasional Departemen Kerjasama Ekonomi, mengatakan Indonesia kini menunda perundingan putaran ke-18 ke 13-17 Oktober 2024, yang akan dilanjutkan dengan Negotiations Director Meeting (CNs). 18-19 Mei 2024 Brussel, Belgia.
“Beberapa minggu yang lalu, IEU CEPA putaran ke-18 telah selesai, banyak kemajuan yang bisa dicapai dan ada harapan putaran ke-19 ini bisa selesai,” kata Edi dalam wawancara media di Jakarta. Kamis (30/5). /2024).
Perundingan putaran ke-19 rencananya akan digelar pada Juli 2024.
Edi mengatakan, pembicaraan kerja sama Indonesia-Uni Eropa sudah berlangsung lama karena standar yang ditetapkan Uni Eropa terus berubah.
Pemerintah Indonesia telah menekan Uni Eropa untuk menetapkan standar atau target yang jelas dan seragam dalam semua perundingan.
“Mereka (Uni Eropa) mempunyai penetapan target yang selalu berubah ketika ada perundingan, ketika sebuah forum bertemu untuk membahas tindakan, mereka bertemu lagi untuk membahas deforestasi, mereka bertemu lagi untuk membahas nikel, yang membuat kita semakin sulit untuk menyelesaikannya.” katanya.
Meski demikian, Edi menilai perundingan putaran ke-18 secara umum berjalan baik dan banyak kemajuan yang dicapai. Kedua belah pihak telah menunjukkan fleksibilitas dan tetap aktif dalam mencapai tujuan penyelesaian negosiasi tahun ini.
“Kita terus bicara tentang Indonesia sebagai negara merdeka, negara merdeka, kita tidak ingin segala sesuatunya dikuasai atau dikuasai mereka,” jelas Edi.
Perundingan IEU-CEPA bertujuan untuk membuka perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa. Keduanya akan menguntungkan perekonomian dengan meningkatkan produk riil negara (PDB).
Hasil survei Center for International Policy and Studies (CSIS) menyebutkan ada kemungkinan pertumbuhan PDB riil mencapai 0,10 persen, serta kemungkinan dampak kenaikan mata uang Indonesia sebesar $2,8 miliar bagi Indonesia.
Ekspor Indonesia ke Uni Eropa juga berpotensi meningkat sebesar 57,76 persen.