iaminkuwait.com, JAKARTA – Stabilitas nasional harus bertumpu pada swasembada pangan dan ketersediaan pangan, hal ini tidak boleh menjadi masalah. Hal ini ditonjolkan Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian saat membuka Majelis Umum Nasional KTNA Expo di Tabanan, Bali.
“Kalau produksi bisa ditingkatkan, swasembada bisa terwujud. “Dan untuk meningkatkan produksi pangan harus dilakukan dengan inovasi,” kata Dedi.
Menurut Dedi, inovasi di bidang pertanian harus disebarkan ke berbagai daerah. Selain itu, banyak pula petani milenial yang melek teknologi dan saat ini menjadi generasi penerus petani Indonesia.
Arahan Kementerian Pertanian yang bertujuan menyebarkan inovasi di bidang pertanian mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Syngenta Indonesia yang berkomitmen mendukung pemerintah dalam mencapai swasembada pangan nasional melalui inovasi pengembangan benih jagung berkualitas tinggi, termasuk jagung biotek yang memiliki manfaat ganda.
“Syngenta terus berinovasi dalam pengembangan varietas benih hibrida terbaru yang memberikan kualitas tinggi dan nilai tambah bagi petani Indonesia,” ujar Head of Seed Marketing Syngenta Indonesia, Imam Sujono di sela-sela Pertemuan dan Pameran Konferensi Utama Nasional KTNA 2024. dalam keterangan tertulis Selasa (30/7/2024).
“Salah satu varietas benih hibrida baru yang kami kembangkan adalah produk jagung biotek yang memiliki keunggulan ganda yaitu tahan terhadap penggerek batang dan tahan terhadap herbisida glifosat,” imbuhnya.
Imam mengatakan, inovasi tersebut merupakan bagian dari upaya mendorong swasembada jagung nasional. Selain itu, Syngenta mendukung program bantuan benih dari pemerintah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen akan mencapai 14,77 juta ton pada tahun 2023. Pemerintah terus mendukung peningkatan produksi jagung nasional untuk kepentingan swasembada. Peningkatan produksi ini sejalan dengan tujuan Indonesia menjadi keranjang pangan dunia pada tahun 2045.
Diharapkan Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga mengekspor ke luar negeri. Sumber daya manusia (SDM), rehabilitasi petani, infrastruktur yang memadai, regulasi yang baik dan inovasi agroteknologi diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, selain lahan pertanian yang luas dan subur.
Penggunaan benih yang berkualitas merupakan kunci utama dalam mencapai swasembada pangan. Tanpa benih yang berkualitas, petani tidak dapat memperoleh hasil yang optimal, terutama mengingat perubahan iklim, pembatasan pupuk, dan serangan hama dan penyakit tanaman.
Para petani telah berinovasi untuk menjawab tantangan ini dengan mengembangkan benih jagung biotek Syngenta. Pada awal tahun 2024, Syngenta memperkenalkan dan meluncurkan NK Pensiunar Sakti, benih jagung biotek pertama di Indonesia dengan beragam manfaat. Varietas yang ditunggu-tunggu oleh petani ini tahan terhadap hama penggerek batang (jagung asia/Ostrinia furnacalis) dan tahan terhadap herbisida glifosat.
“Petani sudah mengantisipasi ketersediaan benih biotek karena memudahkan penanaman jagung dan mengurangi biaya bertani. “Jadi kita tidak hanya bisa mengoptimalkan hasil panen saja, tapi juga bagaimana kita bisa bersaing dengan petani di negara lain,” kata Abu Bakar, petani jagung asal Jember, Jawa Timur.