Konflik Iran-Israel, Pertamina Siapkan Strategi Antisipasi Dampak Geopolitik  

Radar Sumut, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengingatkan BUMN untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi dan geopolitik global. Pertamina terus mencermati perkembangan terkini konflik Iran dan Israel.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina terus mencermati perkembangan terkini dan dampak geopolitik yang memanas terhadap rantai pasokan energi. Nicke mengatakan perubahan harga minyak dunia akan semakin dinamis akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

“Kami akan terus meningkatkan upaya untuk mengurangi risiko, mengurangi potensi dampak dinamika ekonomi dan geopolitik, termasuk pengendalian biaya, pemilihan komposisi minyak mentah yang optimal, pengelolaan persediaan yang efektif, peningkatan produksi dengan efisiensi tinggi dan efisiensi tinggi. produk. Semua lini operasional, “kata Nie. .

Sebelumnya, Eric meminta seluruh BUMN memprediksi dampak perang Iran dengan Israel. Erick mengatakan, situasi ini menyebabkan penguatan dolar AS terhadap rupee dan tentu saja kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing berada pada level $85,7 dan $90,5 per barel.

“Beberapa ekonom memperkirakan harga minyak bisa mencapai $100 per barel jika konflik meluas dan Amerika Serikat ikut terlibat,” lanjutnya.

Erick mengatakan, dua hal tersebut membuat rupiah melemah hingga Rp 16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp16.500 jika ketegangan geopolitik tidak mereda.

Erick memperkirakan situasi ekonomi dan geopolitik telah dan akan terus berdampak pada Indonesia melalui keluarnya dana investasi ke luar negeri sehingga berdampak pada pelemahan rupiah dan kenaikan imbal hasil obligasi. Lalu, biaya impor bahan baku dan pangan yang semakin mahal akibat gangguan rantai pasok. Dan itu akan menggerus neraca perdagangan Indonesia, lanjut Eric.

Oleh karena itu, Erick meminta BUMN mengambil langkah cepat untuk meminimalisir dampak global dengan melakukan evaluasi biaya operasional belanja modal, jatuh tempo utang, dan rencana aksi korporasi, serta melakukan stress test untuk menilai kondisi BUMN saat ini.

Eric meminta bank-bank BUMN menjaga porsi pinjaman secara proporsional yang terkena dampak volatilitas rupee, suku bunga, dan harga minyak. Erick mengatakan, BUMN yang terkena dampak impor bahan baku dan BUMN yang utang luar negerinya sebagian besar (dalam dolar AS), seperti Pertamina, PLN, BUMN farmasi, MIND ID, sebaiknya mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat. .

“Selain melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan/atau bunga atas utang berdenominasi dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat,” lanjut Eric.

Selain itu, lanjut Erick, perusahaan ekspor BUMN yang berorientasi pasar seperti MIND ID Mining dan PTPN Plantations dapat memanfaatkan tren kenaikan harga tersebut untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan. Erick mengatakan, BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dolar AS sebaiknya mengkaji ulang opsi lindung nilai untuk meminimalkan dampak fluktuasi nilai tukar.

“Seluruh BUMN diharapkan waspada dan waspada dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan adanya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat,” kata Erick.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *