Layanan Listrik Hijau PLN Bantu Petani Tambak Udang di Sulsel Hemat Biaya Operasional

iaminkuwait.com, TAKALAR – Program Elektrifikasi Pertanian (EA) PT PLN (Persero) berhasil membantu pelaku usaha budidaya udang waname di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan hingga menghemat biaya operasional sebesar Rp15,8 juta per bulan. Tak hanya itu, layanan Sertifikat Energi Terbarukan (REC) PLN juga membuka peluang bisnis untuk memasuki pasar ekspor.

Sardi, pemilik tambak udang seluas dua hektar, mengatakan program EA PLN telah mengurangi biaya operasional tambaknya sebesar Rs 15,8 juta per bulan dengan menyediakan listrik ramah lingkungan sebesar 33 kilovolt ampere (kVA).

“Program EA PLN mampu mendorong peningkatan budidaya udang dan meningkatkan efisiensi biaya operasional tambak udang hingga 29 persen setiap bulannya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024).

Sebelum menggunakan listrik ramah lingkungan milik PLN, Sardi mengaku ada dua kali gagal panen karena pasokan listrik tidak stabil saat menggunakan genset. Hal ini menyebabkan penggilingan di tambak tidak berfungsi dengan baik dan mempengaruhi kualitas pertumbuhan udang.

“Selain menghemat biaya operasional, kehadiran listrik dapat mengoptimalkan seluruh peralatan listrik yang ada seperti penggilingan dan penerangan untuk menjaga kualitas udang,” kata Sardi.

Terkait operasional, Sardi mengatakan, sebelum menggunakan listrik PLN, lahan pertaniannya menggunakan sekitar 3.000 liter solar per bulan. Jika dirupiahkan, biayanya sekitar Rp 55 juta per bulan.

“Setelah menggunakan listrik PLN, saya hanya membayar listrik sebagai biaya operasional bulanan di kisaran Rp 39 juta,” ujarnya.

Tak berhenti sampai disitu, Sardi mengungkapkan alasan lain mengapa banyak petambak udang di Taklar beralih menggunakan listrik PLN adalah karena adanya layanan REC. Para petani percaya bahwa sertifikasi energi bersih yang diakui secara internasional sangat berguna di pasar ekspor. Oleh karena itu, dengan dukungan pasokan listrik PLN yang terjangkau dan bersih, para petani Takalar semakin optimis menjadi pelaku ekonomi global.

“Sekarang pelayanan PLN sudah semakin baik, begitu ada tantangan cepat terjawab. Selain itu, PLN juga memfasilitasi penjualan sertifikat energi baru terbarukan (EBT) yang tentunya dapat menambah nilai penjualan kami, karena secara obyektif kami ingin berproduksi tidak hanya untuk pasar lokal, tapi juga untuk pasar internasional,” kata Sardi.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan program EA merupakan komitmen PLN untuk mendorong modernisasi di sektor pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional petani dengan menyediakan listrik yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan.

“Program EA PLN mendorong sektor pertanian beralih ke alat produksi berbasis listrik agar lebih maju, efisien dan ramah lingkungan. Teknologi ini meningkatkan produktivitas dan pendapatan dibandingkan genset atau solar,” kata Drumvan.

Terkait pemanfaatan REC, Darmawan mengatakan tujuan REC sejak awal tidak hanya untuk menyediakan listrik bersih tetapi juga untuk mendorong pengembangan ekonomi hijau. REC menjadi jawaban PLN dalam melakukan dekarbonisasi pada sektor industri, komersial bahkan UMKM.

“Seluruh dunia sedang bergerak menuju transisi energi. REC merupakan salah satu jawaban kami terhadap masyarakat global yang membutuhkan listrik rendah emisi dari proses produksi,” tambahnya.

Secara terpisah, General Manager PLN Unit Distribusi Utama Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Budyono berharap program EA bisa lebih komprehensif untuk menyasar seluruh petani. Sehingga program ini dapat meningkatkan produktivitas yang dapat mempengaruhi kesejahteraan petani.

“Mudah-mudahan dengan adanya fasilitas ini perekonomian Indonesia semakin menguat dan taraf hidup khususnya para petani dan peternak semakin meningkat. Kami dukung para petani dengan energi listrik yang lebih andal dan bersih,” ujarnya.

Budyono menambahkan, program tersebut bertujuan untuk menciptakan nilai bersama (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan melalui inovasi teknologi kelistrikan. Ia bersyukur pada Juli 2024, jumlah pelanggan program EA di Sulsel telah mencapai 3.350 pelanggan dengan total daya sambungan 188.685 KVA.

“Program EA juga merupakan bagian dari langkah strategis perusahaan dalam upaya menstimulasi perekonomian melalui sektor ketenagalistrikan,” tutup Budiono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *