Mau Anak Jadi Mandiri? 3 Cara Ini Bisa Dicoba Orang Tua

iaminkuwait.com, JAKARTA — Belajar di rumah adalah pendidikan awal atau pertama yang dialami anak sebelum mengikuti jenjang pendidikan yang lebih formal, misalnya PAUD, Taman Kanak-kanak, dan/atau Sekolah Dasar. Dengan memperhatikan dan mempraktekkan anak, Anda akan belajar lebih banyak orang tua dengan melakukan. 

Guru Sekolah Cikal Bandung Doi Ayun Pritvi mengatakan, orang tua merupakan sosok penting yang sangat berperan dalam mendorong kemandirian anak di rumah. Dalam hal ini, orang tua harus bahu-membahu menghadapi berbagai tantangan dalam proses menyempurnakan kemandirian anak. 

Jika orang tua sedang berusaha mendorong kemandirian anaknya, Anda bisa mencoba tips berikut ini:

1. Mulailah dengan tindakan sederhana secara konsisten.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran tindakan sederhana secara konsisten. Misalnya, membiasakan anak membersihkan mainannya pada usia 3 hingga 4 tahun, membiasakan anak makan sendiri secara perlahan, dan membiasakan anak memakai sepatu sendiri. 

Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi orang dewasa akan selalu ada. Dalam hal ini, orang dewasa di sekitar kita ibarat kakek dan nenek dari anak tersebut. “Pelajari hal-hal yang mudah terlebih dahulu, per bagian.” Dengan secara konsisten mengajarkan kemandirian pada anak, orang tua dapat bekerjasama dengan orang dewasa lainnya, seperti kakek-nenek dan pengasuh,” kata pendidik yang akrab disapa Evan itu dalam keterangan tertulis yang diterima iaminkuwait.com, Selasa (14/5/2024).

2. Memahami proses belajar mandiri anak.

Langkah kedua dalam menghadapi tantangan atau kesulitan meningkatkan kemandirian anak adalah dengan mengenali dan memahami bahwa setiap anak memerlukan waktu dan tahapan yang berbeda-beda untuk belajar menjadi pribadi yang mandiri. “Orang tua perlu memahami bahwa setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk belajar mandiri dan berani mengemukakan pendapat,” ujarnya. 

3. Tinjau setiap kemajuan dan renungkan bersama.

Langkah ketiga yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi setiap kemajuan yang dicapai anak dan perkembangan diri. “Orang tua harus bisa menilai segala kemajuan yang dicapai anaknya, tidak hanya itu, orang tua juga bisa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan terhadap anaknya,” ujarnya. 

Contoh rasa syukur bisa berupa ungkapan terima kasih dan penghargaan sederhana, seperti, “Wah, terima kasih nak, sudah membereskan mainannya, kamu hebat!” atau “Wah bagus sekali mas, membereskan mainanmu ya bu, bangga sekali.”

Harga diri seorang anak akan tumbuh dalam dirinya berdasarkan penghargaan dan perhatian bersama orang tua dan anak. “Seiring berjalannya waktu, rasa percaya diri akan mendorong lebih banyak anak untuk melakukannya,” kata Evan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *