iaminkuwait.com, JAKARTA – Meningkatnya konflik Iran dan Israel disebut-sebut berdampak pada perekonomian Indonesia.
Head of Fixed Income Research PT Sinarmas Sekuritas Aryo Perbongso juga menilai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga akan mempengaruhi keputusan Bank Indonesia dalam menetapkan BI Rate. “Kami merasa BI saat ini sedang menghadapi krisis, haruskah kami melaporkannya mengingat meningkatnya konflik antara Israel dan Iran?” kata Ario dalam webinar bertajuk “Dampak Perang Iran-Israel terhadap Pasar Indonesia” pada Selasa (23/4/2024).
Ario mengatakan, meningkatnya konflik di Timur Tengah telah menimbulkan sejumlah permasalahan, mulai dari kenaikan harga minyak, arus keluar uang, hingga depresiasi atau devaluasi nilai tukar rupiah.
Jika harga minyak naik hingga $100 per barel, maka APBN-lah yang paling terpukul oleh APBN karena terkait dengan subsidi energi. Sebab, harga minyak dalam APBN sebesar US$82 per barel, sehingga kenaikan harga minyak akan meningkatkan pendapatan.
“Ini akan menambah defisit APBN,” ujarnya.
Kedua, beberapa risiko akan mempengaruhi arus kas. Hal ini juga terkait dengan risiko ketiga, yaitu depresiasi rupee.
Kurs saat ini sudah mencapai Rp 16.200, sejak 16 April nilai tukar rupee sekitar Rp 16.100 sudah terdepresiasi 4,8 persen, saat ini Rp 16.200 sudah terdepresiasi hampir lima persen akibat penguatan dolar AS, kata dia. . Ario.
Selain itu, periode saat ini adalah waktu pembayaran dividen yang menjadi salah satu penyebab penguatan dolar AS. Sejalan dengan tren lima tahun terakhir, rupee melemah dan cadangan devisa turun pada periode Maret-Mei.
Menjelang tahun 2024, BI telah melakukan intervensi terhadap rupee dimana sumber pendapatan BI telah menurun sekitar $129,8 miliar menjadi $125,78 miliar bulan ke bulan. “Mereka digunakan untuk membatasi pergerakan mata uang rupee,” ujarnya.
Oleh karena itu, Aryo mencermati rencana yang akan dilakukan pemerintah dan BI untuk menstabilkan rupiah. Selain itu, BI akan mengumumkan suku bunga pada pekan ini.
“Kami telah mengambil beberapa opsi jika BI menaikkan suku bunga, bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian,” kata Ario.
Sebab jika BI Rate naik pasti akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan jika kupon Surat Berharga Negara (SBN) meningkat maka akan berdampak pula pada pertumbuhan pendapatan. Namun jika suku bunga kedua instrumen tersebut tidak dibayarkan, maka dampaknya adalah depresiasi rupee.
Menurut dia, kenaikan suku bunga BI tidak akan efektif jika terjadi di luar jangka waktu pembayaran. Oleh karena itu, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan menstabilkan rupee. Sedangkan pemerintah akan menaikkan kupon SBN.