iaminkuwait.com, JAKARTA — Kecerdasan Buatan (AI) terus berkembang pesat dan mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Kehadirannya membawa peluang dan ancaman. Institusi pendidikan harus cerdas dalam memilih, memetakan, dan mengintegrasikan berbagai alat bertenaga AI tersebut untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Diskusi serius mengenai AI, khususnya di bidang pendidikan, jarang terjadi di Indonesia. Suka atau tidak suka, AI telah menjadi bagian integral dari bidang ini. Pepita Gunawan, pendiri dan direktur pelaksana PT Infrastructure Generation Indonesia (REFO), mengatakan jika institusi pendidikan tidak merespon dengan cepat, maka penggunaan AI dalam dunia pendidikan, khususnya pelajar, kemungkinan besar akan menjadi liar.
Oleh karena itu, institusi pendidikan harus bisa memagari bagaimana AI dapat digunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu, kebijakan dan peraturan seputar AI perlu diterapkan, setidaknya di tingkat organisasi.
“Di Indonesia belum banyak materi yang membahas tentang AI dalam pendidikan mendalam. Apa kebijakan dan regulasinya, bagaimana kita memilih AI yang tepat. Itu tidak banyak dibahas. “Sebenarnya manfaat AI tidak hanya sebatas ‘ asisten pribadi,’ namun AI juga dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang sulit dan kompleks di lingkungan pendidikan,” kata Pepita dalam siaran persnya, Kamis (3/10/2024).
AI dapat membantu mempersonalisasi pembelajaran, untuk meningkatkan keterlibatan siswa, tambah Pepita. “Dan memang AI juga dapat membantu menjaga kesehatan mental siswa, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan guru,” lanjutnya.
Baru-baru ini PT REFO menjadi tuan rumah Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2024. Menghadirkan tujuh pembicara dari Indonesia, Singapura, Inggris, dan Kanada yang merupakan pakar dan praktisi di bidang teknologi.
IFLS 2024 menghadirkan pembicara utama yang merupakan pakar AI, seperti Dr Ago Obi dari Inggris, mantan eksekutif Google dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang etika dan pendidikan AI. Dalam sesinya, Ago berbagi wawasan tentang kompleksitas perilaku AI dalam pendidikan serta langkah-langkah praktis untuk mengintegrasikan AI dalam pendidikan.
IFLS 2024 kembali menghadirkan tiga keynote speaker yang juga ahli di bidang teknologi pendidikan khususnya AI. Noudhy Valdryno, seorang veteran pemerintahan dan kebijakan publik yang juga merupakan salah satu pendiri ACE Adventure Indonesia. Ryno membahas pengelolaan dan kesiapan AI di Indonesia, menekankan pentingnya menciptakan infrastruktur dan kebijakan yang tepat untuk mendukung integrasi AI dalam dunia pendidikan.
Jeff Lee dari Singapura, CEO dan pendiri Zoala, sebuah platform AI untuk kesehatan mental remaja. Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang teknologi dan kesehatan mental, Jeff berbagi bagaimana AI meningkatkan literasi kesehatan mental dalam pendidikan dan penerapan teknologi AI terkait kesehatan mental untuk meningkatkan pengalaman belajar mengajar.
Lalu ada Miklos Sunario, CEO berusia 20 tahun dan salah satu pendiri startup AI yang berbasis di Kanada, EduBeyond, yang menggunakan model MRAFE untuk mempersonalisasi pembelajaran dan menjembatani kesenjangan pendidikan.
Jeff Lee mengatakan bahwa hal yang paling penting adalah bagaimana AI akan mentransformasikan pendidikan, tidak hanya dengan meningkatkan hasil pembelajaran, namun juga dengan berfokus pada perkembangan siswa secara keseluruhan, termasuk kesejahteraan mental dan emosional mereka. “Saat kita merangkul AI, penting untuk memprioritaskan AI terbaik, pertimbangan perilaku dan kesiapan, memastikan guru kami mendapat dukungan dan kesejahteraan siswa tetap menjadi pusat dari semua penerapan AI,” kata Jeff, di halaman LinkedIn-nya
Selain sesi keynote, IFLS 2024 juga menghadirkan sesi “Ter AI AI” dimana tiga praktisi teknologi pendidikan yaitu Steven Sutantro, Devi Ulianti dan Adi Iskandar mendemonstrasikan implementasi penggunaan AI di kelas untuk meningkatkan pembelajaran siswa. pertunangan
Sekitar 300 peserta pun tampil antusias dan aktif mengikuti setiap sesinya. Semua pembicara ditanyai beberapa pertanyaan.
“Kedalaman kontennya, terutama melalui pemaparan berbagai studi kasus. Pematerinya sangat berpengetahuan di bidangnya masing-masing,” ujar Winda Veronica Silalahi, peserta dari Nanyang Zee Hui School Maidan.
Melalui kegiatan ini, REFO bertujuan untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas melalui pemanfaatan teknologi, khususnya AI. Dengan berkembangnya AI dan perangkat digital lainnya, pelajar Indonesia dapat memiliki akses lebih luas terhadap materi pembelajaran yang dipersonalisasi dan disesuaikan dengan kebutuhannya. REFO juga mendorong adopsi teknologi AI dalam sistem pendidikan Indonesia dan mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi tantangan global.
Pepita Gunawan mengatakan IFLS merupakan langkah nyata integrasi teknologi dalam pendidikan di Indonesia. “Kami percaya AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita, dan acara ini merupakan peluang untuk mengembangkan strategi dan kemitraan baru yang membawa perubahan positif,” jelas Pepita.