Menkes: Edukasi Ibu Rumah Tangga Penting dalam Penanganan Arbovirus

iaminkuwait.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, edukasi mengenai arbovirus atau virus yang ditularkan melalui gigitan serangga penting bagi ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga adalah dokter pertama dalam keluarga.

“Jika suami sakit, istrilah yang merawatnya terlebih dahulu. Jika anak Anda sakit, istrilah yang menjadi dokter keluarga pertama. Jika kucing dan anjing Anda sakit, istrilah yang merawatnya, bukan suami. Senin (22/04/2024) YouTube Resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada Arbovirus Summit yang disiarkan di saluran tersebut.

Menkes menyebutkan, Indonesia memiliki 1,5 juta pekerja Posiandu yang tersebar di 85 ribu desa, yang memiliki pengetahuan penanganan arbovirus. Namun, ia berharap ilmu tersebut dapat ditransfer ke 80 juta ibu rumah tangga.

Menurutnya, hal tersebut wajar karena ibu rumah tangga adalah seorang caregiver dan tidak meminta uang kepada negara untuk merawat anggota keluarganya, tidak seperti rumah sakit.

Menkes menjelaskan, edukasi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai jejaring sosial yang sering mereka akses, maupun melalui organisasi keagamaan yang mereka ikuti.

Menkes mencontohkan ibu rumah tangga di perkotaan biasanya suka membuka Instagram, sehingga perlu adanya edukasi mengenai penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui salah satu jenis nyamuk yang hidup di perkotaan.

“Kalau buka Facebook, berarti tinggal di pedesaan. (Di pedesaan) kena malaria. Itu nyamuk desa,” kata Menteri Kesehatan Budi.

Menurut Menkes, pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam memerangi arbovirus, karena melalui pendidikan masyarakat dapat berubah dan menerapkan pola hidup sehat.

“Saya sangat yakin intervensi kesehatan yang terbaik adalah pencegahan, bukan pengobatan. Lebih murah dan (membuat) kehidupan lebih baik,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Selain edukasi, lanjutnya, upaya lain yang dilakukan adalah pengendalian faktor, pengawasan yang lebih kuat, dan pengembangan vaksin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *