iaminkuwait.com, JAKARTA — Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi. Jenis alerginya bisa bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga berat.
Namun benarkah anak yang terhipnotis seringkali harus diberi makanan yang membuat mereka enggan melawan? Mitos ini muncul karena masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa alergi bisa disembuhkan dengan aktif mengonsumsi makanan atau minuman penyebabnya.
Dokter spesialis anak dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), mengatakan hal tersebut merupakan kesalahan besar. “Kalau ada reaksi alergi tidak boleh (makan susu sapi),” kata Budi dalam talkshow yang diselenggarakan Nutricia bekerja sama dengan PrimaKu pada Selasa (25 Juni 2024) bertajuk Penanganan susu sapi.
Ia menegaskan, aturan mengurangi minum susu akan meningkatkan keselamatan penderita alergi tidak ada. Ia mengatakan alergi tidak bisa hilang dan akan terus ada di dalam tubuh. Cara mencegahnya adalah dengan menghindari alergen.
Orang tua dapat membantu anak mencegah alergi dengan menghindari pemicunya dan membangun sistem kekebalan tubuh yang sehat. “Anak-anak harus bebas bermain di luar rumah, anak-anak kota imunitasnya lebih buruk dibandingkan anak-anak di pedesaan, karena mereka tidak boleh bermain kemana-mana, hanya di rumah saja,” kata Budi.
Alergi dapat mempengaruhi tumbuh kembang, dan kesehatan anak jika tidak ditangani tepat waktu dan benar. Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak, dengan kejadian 2-3% pada tahun pertama kehidupan.
Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi susu sapi pada anak Indonesia sekitar 2-7,5 persen. Protein susu sapi merupakan protein terbanyak kedua setelah telur.