iaminkuwait.com, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membuka tambak udang di Batam. Tren ini menunjukkan bahwa bobot dalam pengolahan udang merupakan produk penting bagi ikan Indonesia.
“Kapal laut dan penangkapan ikan kita mempunyai potensi yang besar, khususnya pada produk udang. Oleh karena itu, Menteri Tragono dalam konferensi persnya menyampaikan bahwa penting untuk terus meningkatkan pengelolaan pertanian, mulai dari pengelolaan udang murni (BBL), hingga menghasilkan hasil yang besar. udang dengan tetap melestarikan sumber daya alam, diumumkan Jumat (10/11/2024).
Menteri Tenggono juga mengatakan bahwa pembangunan model ini merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mendukung peran Indonesia dalam pengelolaan udang. Banyak kelemahan dalam budidaya udang yang akan diperbaiki dengan model ini.
“Saya tahu negara-negara penghasil udang seperti Vietnam sudah punya ekosistem ekonomi yang berkembang. Satu-satunya kelemahannya adalah masalah benih udang, sebagian besar benihnya berasal dari Indonesia. Kita setidaknya kehilangan 500 juta benih setiap tahunnya. Uang negara ini sudah merugi miliaran rupiah ke negara lain tanpa menerima sepeser pun,” kata Tragono.
Menteri Trenggono menjelaskan, pengembangan model ini didasarkan pada implementasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7 Tahun 2024 tentang lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla spp.), dan rajungan (Scylla spp. ). ) dan kepiting (Portunus spp.).
“Harapannya model dan teknologi pertanian ini bisa direplikasi di banyak daerah di Indonesia. Menariknya penyerapan air semakin meningkat dan Indonesia menjadi penghasil terbesar dunia dengan memanfaatkan kapasitas BBL yang ada di dalam negeri secara maksimal.” untuk pertumbuhan perekonomian daerah, meningkatkan pajak dan PNBP,” jelas Trenggono.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu menjelaskan, pemilihan tambak udang di Batam bukanlah suatu kebetulan. Tebe mengatakan Batam merupakan sumber pangan yang baik untuk budidaya lobster. Hal ini, kata dia, menjadi kunci keberhasilan budidaya.
Batam dipilih sebagai lokasi percontohan budidaya lobster karena Kepri dinilai siap untuk udang konsumsi, jelas Dirjen T.B.
TB terus memodelkan budidaya di Batam, dengan bagian atas (nursery), Kami juga melakukan pembangunan area percontohan budidaya perikanan yang terintegrasi (KJA/keramba penyuluhan, area tambak udang untuk pakan). ) dan hilir (gudang emas, dan unit pengolahan lobster).
“Visi pembangunan kawasan pertanian adalah meningkatkan produk, memperbanyak peralatan budidaya udang, meningkatkan jumlah udang yang diekspor, meningkatkan investasi yang bersifat menyerap kesehatan pekerja dan petambak, serta meningkatkan perekonomian daerah dan meningkatkan pajak,” ungkapnya. TBC.
Kebijakan ini didukung banyak pihak. Konsultan budidaya udang Effendy Wong mengatakan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan jelas mengenai pengelolaan udang berkelanjutan. Mengingat potensi Indonesia yang sangat besar, maka 100% benih lobster murni (BBL) yang digunakan di negara penghasil lobster tersebut berasal dari Indonesia.
“Sekitar 600 juta benih udang diekspor ke Vietnam. Padahal, hal ini bisa menjadikan Indonesia memiliki potensi besar untuk pertanian dalam negeri, kata Effendy Wong.
Effendy Wong senang Indonesia juga mampu menghasilkan pangan yang dibutuhkan untuk budidaya udang. “Jika kita melihat potensi yang ada di Indonesia, maka Indonesia akan sukses dalam budidaya udang,” tambah Effendy Wong.