iaminkuwait.com, JAKARTA – Saat ini belum ada perangkat atau program kecerdasan buatan (AI) yang mampu membaca pikiran manusia. Namun, masih besar kemungkinan di masa depan hal tersebut akan disadari oleh para ilmuwan. Perlukah kita khawatir?
Pada awal tahun 2024, Neuralink menanamkan chip di otak Noland Arbaugh, seorang warga Amerika berusia 29 tahun yang mengalami kelumpuhan dari bahu ke bawah. Chip tersebut memungkinkan Arbaugh menggerakkan penunjuk tetikus di layar hanya dengan membayangkannya bergerak.
Sebelumnya, pada Mei 2023, para peneliti di Amerika juga mengumumkan cara non-invasif untuk “menguraikan” kata-kata yang dipikirkan seseorang melalui pemindaian otak yang dikombinasikan dengan AI generatif. Proyek serupa menjadi berita utama tentang “topi AI yang membaca pikiran”.
Menurut Sam Baron, associate professor filsafat sains di University of Melbourne, Australia, kehadiran AI yang benar-benar bisa membaca pikiran bisa memberikan banyak manfaat di bidang medis. Pada gilirannya, hal ini dapat menghancurkan benteng privasi terakhir: pikiran.
Tak perlu panik, Barone menjelaskan bahwa apa yang telah dicapai selama ini masih jauh dari “membaca pikiran” yang sebenarnya. Untuk membaca pikiran dari aktivitas otak, Anda perlu mengetahui secara pasti kondisi otak mana yang sesuai dengan kondisi mental mana.
Sebagian besar aktivitas otak terkait dengan proses yang terjadi sebelum atau sesudah persepsi wajah secara sadar. Sebutkan saja hal-hal seperti memori kerja, perhatian selektif, pemantauan diri, perencanaan dan pelaporan tugas.
Menguraikan proses saraf yang secara khusus bertanggung jawab atas persepsi wajah secara sadar adalah tugas yang berat, dan ilmu saraf belum bisa menyelesaikannya. Bahkan jika hal ini tercapai, ahli saraf hanya akan menemukan korelasi saraf dari jenis pengalaman sadar tertentu.
“Kehidupan mental kita adalah peristiwa multi-aliran yang mendebarkan, secepat kilat, yang melibatkan persepsi, ingatan, harapan, dan imajinasi real-time, sekaligus. Sulit membayangkan bagaimana transkrip dihasilkan oleh pemindai paling canggih sekalipun. otak, “Dengan kecerdasan buatan yang lebih cerdas, kita bisa menangkap semua hal ini dengan benar,” kata Baron, seperti dikutip situs Conversation, Minggu (26/5/2024).
Namun, menurut Baron, tidak bijaksana untuk sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan bahwa AI pada akhirnya dapat mendukung perangkat pembaca pikiran. Mengingat kompleksitas pikiran manusia dan betapa sedikitnya pengetahuan para ahli tentang otak, upaya yang ada mungkin masih dalam tahap awal, namun bukan berarti tidak mungkin.