Pelni Persero dan Filantra Bantu Nelayan Larantuka Olah Ikan Jadi Abon dan Nugget

iaminkuwait.com, FLORES TIMUR – PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Persero mengembangkan desa nelayan Larantuka di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur sebagai percontohan pemberdayaan nelayan. Program ini meliputi pemberian bantuan kapal Jukong 5 GT, sarana usaha, permodalan dan pengembangan usaha pengelolaan ikan (RKI) kepada 12 nelayan dan 10 pengelola usaha perikanan di Desa Postoh, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Oriental. 

Larantuka dipilih karena merupakan kawasan yang disinggahi kapal PELNI yaitu KM Umsini dan KM Lambelu serta kapal pengumpul tol laut KM Kendhaga Nusantara 7. Program yang diluncurkan pada 22 Agustus 2022 ini membuahkan hasil yang signifikan, dengan hasil tangkapan ikan berkisar antara berkisar antara 80-100 kg per bulan dengan peningkatan menjadi 114 kg per bulan antara November 2022 hingga Desember 2023, kecuali bahwa hal tersebut membawa nilai tambah ekonomi terhadap hasil laut, khususnya bagi para perempuan pengelola RKI.

Di Rumah Kelola Ikan, perempuan mengolah ikan tuna menjadi produk hancur dan nugget, yang tidak hanya meningkatkan nilai produk tetapi juga membuka peluang penetrasi pasar yang lebih luas. Ditunjuk sebagai pemandu program, Filantra membantu melalui serangkaian pelatihan produksi pakan ikan olahan, pengemasan dan pemasaran produk, serta uji pasar offline dan online.

“Pelatihan ini penting agar nelayan dapat memberikan nilai tambah dari hasil ikan yang ditangkapnya dan juga meningkatkan pendapatannya. “Keterampilan ini juga berguna ketika nelayan kesulitan melaut, sehingga ada alternatif pendapatan yang stabil,” kata CEO Filantry Asep Nurdin.

Tak hanya pelatihan, Filantra juga memfasilitasi pengurusan peraturan hukum seperti Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikat Halal dan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Oriental. Ia menambahkan, izin ini diperlukan agar produk nelayan bisa dijual di pasar lokal dan regional.

Pengalaman pengolahan ikan merupakan pengalaman pertama yang menarik seperti yang disampaikan oleh Ayub da Silva (44): “Program pemberdayaan nelayan dan perempuan desa Postoh ini sangat bermanfaat bagi kami karena kami meningkatkan kapasitas dalam mengolah potensi lokal yaitu. ikan yang bisa diolah menjadi nugget dan daging cincang. Kehadiran RKI membuatnya optimistis kelompok nelayan dan perempuan akan mandiri.

Menurut Heida Triseptiania, pengelola dan pengelola program TJSL, “Mereka senang karena nelayan di sana masih menggunakan sampan. “PELNI menyediakan perahu jukong di sini untuk menunjang para nelayan dalam melaut, karena dengan perahu jukong dapat membuat nelayan lebih aman dan radius penangkapan ikan dapat semakin dibatasi oleh cuaca buruk terutama gelombang besar,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *