iaminkuwait.com, JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Pusat Kajian Inovasi dan Teknologi (CTIS), Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar diskusi bertema tersebut. “Membangun Ekosistem Iptek untuk Mendukung Asta Cita” di Jakarta pada Rabu (28/8/2024). Diskusi ini menyoroti pentingnya kolaborasi erat antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam membangun ekosistem ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dapat mendukung Visi Indonesia 2045: maju, berdaulat, adil, dan sejahtera.
Asta Cita menekankan penguatan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi sebagai pilar utama visi pembangunan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming. Dalam konteks ini, pemanfaatan hasil penelitian dan inovasi menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan dan daya saing negara.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman periode 2014-2015, Prof.Dr.Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc., mencatat Indonesia membutuhkan infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat untuk mendorong inovasi di berbagai bidang, mulai dari teknologi digital hingga industri berkelanjutan. “Tanpa kerja sama yang kuat, pembangunan infrastruktur iptek akan tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah berkembang pesat. “Kolaborasi lintas sektor ini sangat penting untuk mempercepat implementasi teknologi di industri,” ujarnya.
Selain infrastruktur, hasil penelitian juga perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor industri. Menurutnya, penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan industri akan membantu mempercepat pencapaian tujuan pembangunan nasional. “Kami ingin memastikan hasil penelitian kami tidak berhenti di laboratorium saja, namun bisa langsung diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan nyata di lapangan,” ujarnya.
Tantangan yang dihadapi ekosistem iptek saat ini juga dibahas dalam diskusi. Mantan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Bradjonegoro menegaskan, kendala utama adalah kurangnya koordinasi antara akademisi, industri, dan pemerintah. “Kita perlu membangun jembatan yang kuat antara ketiga sektor ini. “Dengan kerja sama yang lebih erat, kita dapat mendorong inovasi yang lebih relevan dan berorientasi pada solusi,” ujarnya.
Diskusi tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi strategis untuk mendukung penerapan Asta Cita melalui penguatan ekosistem iptek. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain mengoptimalkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Inovasi, serta mengembangkan infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi yang fokus pada inovasi berdasarkan kebutuhan pasar dan masyarakat.
Dengan memperkuat ekosistem iptek yang inklusif dan kolaboratif, Indonesia diharapkan mampu bersaing di kancah global, mengoptimalkan kapasitas riset dan teknologi, serta menciptakan inovasi yang berdampak besar pada pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan sosial.
Acara yang dihadiri oleh beberapa pejabat dan penggiat iptek ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Pemerintah, akademisi, dan industri diharapkan terus bersinergi dalam upaya membangun bangsa melalui ilmu pengetahuan. Teknologi dan inovasi.