Peneliti Australia Temukan Tiga Spesies Kanguru Baru yang Telah Punah

Radar Sumut, MELBOURNE – Para peneliti di Universitas Flinders di Australia pada Senin mengumumkan bahwa mereka telah menemukan tiga spesies kanguru baru yang hidup di Australia antara 5 juta hingga 40 ribu tahun lalu.

Tim peneliti menemukan tiga spesies dari genus Protemnodon yang telah punah dengan membandingkannya dengan spesimen yang ditemukan di Danau Callabonna di Australia Selatan, menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Megataxa.

Spesies yang baru diidentifikasi adalah Protemnodon viator, Protemnodon mamakurra dan Protemnodon dawsonae. Spesies viator adalah yang terbesar dari ketiganya dengan berat 170 kilogram, dua kali ukuran kanguru merah saat ini.

“Kanguru mungkin terlihat seperti kanguru merah, tapi kakinya lebih tebal dan berotot,” kata ketua peneliti Isaac Kerr.

Penelitian tersebut melibatkan tulang yang dikumpulkan dari 14 koleksi di empat museum di Inggris, Amerika Serikat, dan Papua Nugini selama lima tahun. Gambar detail dan 3D Kerr menunjukkan bahwa viator Protemnodon mungkin pernah tinggal di danau dan sungai besar di Australia tengah.

Kerr membandingkan spesies Protemnodon dawsonae yang informasinya paling sedikit tersedia tentang “walabi rawa atau walabi leher merah masa kini”. Sedangkan spesies Protemnodon mamakurra dapat hidup di pegunungan pesisir selatan Australia, negara bagian Tasmania, dan pesisir timur New South Wales.

Spesies ini dikatakan lebih cenderung bergerak dengan tangan dan kakinya dibandingkan melompat. Namun, menurut ahli paleontologi, alasan mengapa jenis protemnodon yang baru ditemukan ini punah sekitar 40.000 tahun yang lalu masih belum dapat dipastikan.

Berbeda dengan beberapa hewan besar, tidak ada indikasi bahwa kanguru terkena dampak bencana besar terkait iklim atau diburu secara aktif. “Mereka punah segera setelah manusia tiba, namun tidak ada bukti bahwa masyarakat Aborigin memburu protemnodon,” kata Kerr.

Namun, penelitian ini menyediakan database spesies protemnodon yang lebih luas dibandingkan data yang tersedia sebelumnya. Data yang ditingkatkan mampu memberikan wawasan yang lebih luas mengenai identifikasi tulang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *