iaminkuwait.com, JAKARTA – Para peneliti mendokumentasikan evolusi flu burung dalam cara penularannya ke ternak. Sebuah studi baru menemukan bukti bahwa flu burung telah menyebar ke mamalia lain.
Ini bukan sembarang virus – ini adalah virus unggas H5N1 yang sangat patogen – virus yang menjadi berita utama karena dampak buruknya terhadap populasi burung. Kini, tampaknya virus tersebut telah menemukan rumah baru di sapi perah, rakun, dan kucing.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature ini menjadi berita mengejutkan di kalangan komunitas ilmiah. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa flu burung ditularkan dari burung ke manusia. Namun, yang terjadi saat ini berbeda dan lebih mengkhawatirkan.
Virus ini telah menyebar ke sapi perah di beberapa negara bagian Amerika, dan laporan terbaru menunjukkan bahwa virus ini telah menyebar dari sapi ke kucing lokal dan setidaknya ke satu rakun. “Ini adalah salah satu dari banyak laporan penyebaran virus patogen unggas H5N1 dari mamalia ke mamalia,” kata Diego Diel, ahli virologi dari Cornell University’s School of Veterinary Medicine, seperti dilansir Study Finds, Jumat (26). /7/2024).
Secara sederhana, virus burung mudah berpindah antar mamalia. Ini merupakan masalah besar karena virus dapat berubah dengan cepat ketika mulai menginfeksi spesies hewan baru. Setiap lompatan ke strain baru seperti melempar dadu – selalu ada potensi virus menjadi lebih agresif dalam menyebarkan atau menyebabkan penyakit serius.
Namun, para peneliti belum menemukan perubahan pada virus yang membuat orang menjadi lebih sakit atau menyebar antarmanusia. Namun fakta bahwa penyakit ini berpindah antar mamalia tentu membuat para peneliti berpikir.
Saat ini, terdapat 11 kasus pada manusia yang dilaporkan di AS pada April 2022. Untungnya, kasus tersebut tergolong ringan. Menariknya, empat kasus di antaranya melibatkan peternakan sapi, sedangkan tujuh kasus lainnya melibatkan peternakan unggas.
Hasil terbaru melibatkan empat kasus di Colorado, dan para peneliti yakin infeksi tersebut mungkin terjadi di peternakan sapi perah di wilayah tersebut. Meskipun penyakit ini dapat menginfeksi manusia, namun penyakit ini tidak dapat menginfeksi manusia secara efektif.
“Kekhawatirannya adalah akan ada perubahan yang dapat menyebabkan evolusi mamalia, pencairan manusia, dan penularan ke manusia di masa depan,” kata Diel.
Oleh karena itu Diel menekankan pentingnya pemantauan penyebaran penyakit pada populasi hewan. Jika peternakan tersebut diuji dengan baik, tindakan cepat – seperti karantina dan peningkatan tindakan biosekuriti – dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.