Pengetatan BBM Subsidi Diundur,  Rupiah Jadi Loyo Hari Ini 

iaminkuwait.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melemah pada Senin (23/09/2024). Pengamat menyebut penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh pengetatan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang ditunda karena masih dalam tahap akhir. 

Melansir Bloomberg, rupiah melemah 55,50 poin atau 0,37 persen menjadi Rp 15.205,5 per dolar AS pada penutupan Senin (23/09/2024). Pada perdagangan sejauh ini, rupiah berada pada level Rp15.150 per dolar AS.

“(Sentimen internal melemahkan rupiah karena) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, pengetatan subsidi BBM agar lebih tepat sasaran, yang akan dilaksanakan pada 1 Oktober, masih belum jelas. kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Senin (23/9/2024). 

Ibrahim mengatakan, pemerintah masih mendiskusikan pengetatan aturan agar lebih tepat sasaran dan mencerminkan keadilan. Selain itu, rumusan peraturan yang diberikan harus didistribusikan secara adil di tingkat petani dan nelayan. 

Pembatasan pembelian BBM bersubsidi baru akan diterapkan setelah Peraturan Menteri (Permen) ESDM terbit. Bukan lagi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Eceran BBM yang kini sedang direvisi. 

“Sampai saat ini pemerintah belum bisa memberikan informasi detail mengenai isi aturan pembatasan BBM tersebut karena masih dalam tahap kajian,” lanjut Ibrahim.  

Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan semakin melemah pada perdagangan besok, Selasa (24 September 2024). Untuk perdagangan besok, nilai tukar rupiah berfluktuasi namun ditutup melemah pada kisaran Rp 15.200 hingga Rp 15.280 per dolar AS, tutupnya. 

Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan pengetatan subsidi BBM yang direncanakan pada 1 Oktober 2024 agar pelaksanaannya lebih tepat sasaran tampaknya belum siap. Oleh karena itu, pembatasan BBM bersubsidi terpaksa ditunda karena masih dalam proses finalisasi. 

“Saya belum merasa seperti itu,” kata Bahlil, Jumat (20 September 2024) di Jakarta.

Ia mengatakan, pemerintah masih mendiskusikan pengetatan aturan agar lebih tepat sasaran dan mencerminkan keadilan.

“Kami masih memperdebatkan apakah regulasi yang diambil benar-benar mencerminkan keadilan. Apa yang saya maksud dengan keadilan? Tujuannya adalah bagaimana suplemen bahan bakar tersebut tepat sasaran. Jangan sampai mereka meleset, kata Bahlil

Selain itu, menurutnya, perumusan peraturan harus didistribusikan secara adil antara petani dan nelayan. Makanya sekarang sedang kita bahas, ujarnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *