Perang Sarung Berisiko Hilangkan Nyawa, Mengapa Remaja tak Takut Mati?

Radar Sumut, JAKARTA – Sejumlah remaja terluka dan sejumlah orang tewas dalam bentrokan tersebut. Belakangan ini, “Perang Sarung”, salah satu bentuk peperangan massal, semakin meluas.

Mengapa generasi muda tidak takut terluka atau mati saat berperang? Dari sudut pandang psikologis, ada banyak alasan mengapa orang berani mengambil tindakan berisiko.

Salah satu pendiri Rumah Dandelion dan psikolog klinis dewasa Nadia Paramasrani mengatakan ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap perilaku berisiko kaum muda. Menurut Nadia, penting untuk memahami pola pikir generasi muda dan memahami bahwa terkadang mereka tidak takut mengambil risiko.

Salah satu ciri khas remaja adalah rasa orisinalitas. Meskipun kemampuan berpikir mereka berkembang, mereka tidak dapat memprediksi bahaya secara akurat.

“Pertama-tama kita perlu memahami cara berpikir atau cara berpikir remaja. Jadi, salah satu ciri atau ciri remaja adalah remaja dan rasa asal usulnya,” kata Nadia kepada Radar Sumut beberapa waktu lalu.

Wanita sering kali merasa kebal peluru. Mereka percaya bahwa mereka dapat menghindari konsekuensi negatif dari tindakan berisiko.

Hal ini terkait dengan peningkatan harga diri dan fokus diri yang menjadi ciri egosentrisme remaja. Namun, hal ini membuat mereka rentan terhadap perilaku berisiko seperti bereksperimen dengan narkoba, alkohol, atau seks bebas.

Nadia mengatakan, anak muda melihat segala sesuatu dari sudut pandang idealis, sehingga menentang otoritas dan norma sosial. Seringkali mereka tidak memahami bahaya sebenarnya dari tindakan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *