iaminkuwait.com, JAKARTA — Badan Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DKI Jakarta menemukan efek carisoprodol pada manusia. Salah satunya bisa menimbulkan halusinasi.
“Dampak buruk yang pertama adalah halusinasi, lalu yang paling parah adalah orang tersebut secara tidak sadar akan bertindak merugikan dirinya sendiri atau orang lain,” kata Ketua Kelompok Penyelidikan dan Pencegahan BBPOM DKI Jakarta, Aam Amin, dalam konferensi pers di Jakarta. , Selasa (21/05/2024).
Aam juga menjelaskan, selain halusinasi, pengguna tidak akan merasakan sakit dan kecanduan narkoba. “Jadi bagi masyarakat harus berhati-hati jika ada anggota keluarga yang menggunakan atau menggunakan obat tersebut,” ujarnya.
Kemudian terkait kasus pabrik pembuatan obat PCC (Paracetamol, Caffeine dan Carisoprodol) yang dimusnahkan Ditres Narkoba Polda Metro Jaya, Aam menjelaskan, pembuatannya dilarang keras. “Untuk PCC ini, khususnya carisoprodol, merupakan obat yang sudah dicabut izin edarnya sejak tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, HK nomor 0413506133535, sehingga kini sudah ilegal masuk ke Indonesia,”— katanya. dikatakan
Aam menjelaskan, selain mengungkap pabrik obat rumahan tersebut, juga menunjukkan bahwa produksinya tidak mengikuti cara pembuatan obat yang baik. Jadi kalau obat itu diproduksi oleh orang atau perusahaan yang punya izin, harus sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik, ujarnya.
Mereka menilai jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada jaminan terkait keamanan, mutu, dan efektivitas obat tersebut. Oleh karena itu, dikhawatirkan konsumen atau masyarakat yang menyalahgunakan obat tersebut akan mengalami hal-hal negatif, kata Aam.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar pabrik obat di sebuah rumah dengan barang bukti tablet PCC (paracetamol, kafein, dan carisoprodol) dan 2,4 juta hexime di Kampung Legok Rati, Kampung Tajur RT.002/003 Desa Tajur, Kecamatan Siteureup, Bogor. Kabupaten, Jawa Barat. Narkoba jenis PCC sebanyak 1,2 juta tablet, Hxymer 1,1 juta tablet, dan diduga carisoprodol 210.000 tablet, sehingga totalnya ada 2,4 juta tablet, kata Direktur Reserse Narkoba Polda Jaya Kompol Paul Hengkey.