iaminkuwait.com, Jakarta – Pengamat Politik Ray Rangkuti angkat bicara soal kritikan Prabowo Subianto terhadap kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Ray menilai kritikan tersebut merupakan harapan Prabowo agar Presiden Joko Widodo segera menyelesaikan persoalan tersebut sebelum resmi menggantikannya pada Oktober 2024.
“Ini pertama kalinya sejak Prabowo terpilih menjadi presiden mengkritik sikap, sikap, dan cara pemerintah menangani masalah ini. Mereka lamban dan tidak peduli. Pertumbuhan UKT hampir tidak terkendali. ,” kata Ray dalam keterangannya, Jumat (24/5/2024).
Ray mengatakan, berbeda pendapat dengan Prabowo jika fokus pada isu tersebut. Menurutnya, Jokowi tampaknya lebih nyaman dengan kemajuan pertumbuhan UKT dibandingkan Prabowo.
Dia mengatakan, pada akhirnya Prabowo-lah yang akan menghadapi keraguan jika persoalan UKT tidak diselesaikan sekarang. Jadi masalahnya sepertinya siap membebani dirinya.
“Prabovo akan menemukan banyak permasalahan pada masa pemerintahannya di bulan Oktober, oleh karena itu Prabowo berharap pemerintahan Jokowi segera menyelesaikan permasalahan tersebut,” ujarnya.
Ray menilai pernyataan Prabowo juga menandakan bahwa Prabowo akan mengubah kebijakan UKT yang ada saat ini. Menurut dia, perbedaan pendapat dan pendapat antara Prabowo dan Jokowi mungkin akan kembali muncul.
Sebelumnya diketahui, Presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku ingin menurunkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) perguruan tinggi negeri dan akan diperjuangkan pemerintahnya ke depan. Keputusan tersebut diambil di tengah maraknya protes mahasiswa terhadap kebangkitan UKT.
Kata Prabowo dalam wawancaranya dengan TVONE, “Khusus di perguruan tinggi negeri yang dibangun dengan uang rakyat, (biaya UKT) tidak boleh mahal, kalau bisa sangat rendah atau gratis. Kita harus hitung. Itu harus kita lakukan, kita harus bekerja. berat untuk itu,” kata Prabowo dalam wawancaranya dengan TVONE. , seperti dilansir siaran pers grup Prabowo Media, Rabu (22/5/2024).
Menurut Prabowo, sistem pendidikan di Indonesia saat ini sudah banyak berubah dibandingkan sistem yang dibangun pada masa Orde Baru. Kini, menurutnya, lembaga pendidikan seperti universitas sudah menjadi industri yang taat pada kapitalisme.
Jadi mereka menganggap (pendidikan) ini semua bisa jadi pasar. Meski itu barang publik, tapi ada tugas publik untuk negara, kata Ketua Umum Partai Garindra itu.
Chitra, yang akan dilantik sebagai presiden pada Oktober 2024, mengatakan pemerintahannya nantinya akan mereformasi sistem keuangan universitas. Cara lainnya adalah dengan menjalankan APBN untuk menutupi biaya operasional universitas.
Peningkatan pendanaan APBN ke perguruan tinggi, lanjutnya, berasal dari pendanaan pemerintah hasil Strategi Pembangunan Alam (SDA). Tentu kita harus turun agar bisa memberi nilai tambah dan meningkatkan pendidikan kita, kata Menhan.