iaminkuwait.com JAKARTA – Presiden PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai kecil kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan memangkas suku bunga Fed Funds. Rate (FFR) dalam jangka pendek dengan masa depan.
“Kalau dilihat lebih tinggi, lebih lama, saya yakin setidaknya tahun ini (penurunan suku bunga The Fed) tidak akan terjadi dalam jangka pendek. Mei atau Juni mereka tidak akan memangkas suku bunga,” kata Jahja dalam konferensi pers virtual. Di Jakarta, Senin (22/4/2024).
Jahja mengatakan kenaikan suku bunga kemungkinan akan terjadi dalam jangka panjang atau lebih tinggi dalam jangka panjang karena perekonomian AS saat ini berjalan baik dengan tingkat pengangguran terkendali meski belum ada target inflasi.
“Jadi mereka (AS) mungkin akan menunggu tahun ini, entah Desember atau lebih dari tahun-tahun sebelumnya, tahun depan sebelum mereka mulai menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Jahja juga mengingatkan, Amerika Serikat akan menghadapi masalah karena Treasury Amerika Serikat (AS) yang bernilai sekitar 7 triliun dolar AS akan jatuh tempo pada tahun ini. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan tekanan terhadap suku bunga.
“Jika bunga atau voucher yang ditawarkan tidak terlalu menarik, ini bisa menjadi pertanyaan siapa yang akan membeli surat utang negara tersebut. Ini adalah salah satu masalah yang akan dihadapi Amerika Serikat,” katanya.
Jahja mengatakan tingginya suku bunga The Fed tidak hanya berdampak pada Indonesia, tapi juga dunia. Ia mengatakan, akan sulit bagi negara lain untuk menurunkan suku bunga jika The Fed mempertahankannya pada kisaran 5,25-5,50 persen.
“Ada risiko jika suku bunga AS tidak turun, negara lain yang suku bunganya lebih rendah akan melemahkan mata uangnya. Kalau tidak punya strategi perdagangan dengan lebih banyak ekspor,” kata Jahja.