Program Makan Bergizi Gratis Sudah Diujicoba di 80 Titik, Ini Hasilnya

iaminkuwait.com, JAKARTA – Kepala Tenaga Ahli Badan Pangan Nasional (BGN) Ikeu Tanziha mengatakan, hasil uji coba program pangan gratis yang kini sudah memasuki masa uji coba di 80 titik di seluruh Indonesia. , dievaluasi dari waktu ke waktu. Ia mengatakan, semua itu dilakukan untuk memastikan program tetap terjaga kualitasnya dan berjalan dengan keuntungan yang optimal.

“Kami bekerja sama dengan dinas kesehatan dan puskesmas untuk menilai gizi anak dan mengedukasi mereka tentang perilaku sehat dan sehat,” kata Ikeu dalam diskusi Merdeka Barat (FMB) 9 yang digelar secara online di Jakarta, Senin. 11/04/2024).

Harapannya, kata dia, pada 2 Januari 2025 program tersebut sudah memasuki tahap perluasan yang rencananya akan menjangkau seluruh provinsi di Indonesia. “Kami telah melakukan uji coba di 80 lokasi yang melibatkan berbagai sektor pelayanan, seperti dapur umum dan layanan makanan keliling, yang memprioritaskan sekolah dan masyarakat. Alhamdulillah program ini berjalan lancar dan kami akan memberikan modal untuk memperluasnya pada tahun depan.”

Ia juga memastikan BGN mengintegrasikan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk UKM dan pihak swasta dalam penyediaan bahan pangan lokal. “Sangat penting untuk melibatkan usaha kecil dan menengah lokal, agar dana yang dialokasikan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Kami ingin memastikan produk pangan memenuhi standar gizi dan sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional. “

Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan, kata dia, BGN bekerja sama dengan para Komandan Distrik Militer (Kodim) di berbagai daerah yang mempunyai peran strategis dalam memberikan bantuan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau, terutama daerah terpencil dan perbatasan. -daerah terpencil dan tertinggal. (3T). Meski demikian, Ikeu juga tidak memungkiri bahwa program pangan bergizi gratis bukannya tanpa tantangan, terutama pada aspek keberlanjutan pasokan pangan dan pemantauan kinerja di lapangan.

Selain itu, terdapat tantangan dalam mengadaptasi jenis makanan dengan preferensi budaya lokal. “Kami pastikan standar pangan tetap terjaga, namun jenis menunya disesuaikan dengan budaya setempat, seperti menggunakan pangan lokal,” ujarnya.

Menurutnya, melalui program ini, pemerintah tidak hanya menciptakan generasi sehat dan cerdas, tetapi juga mengurangi ketergantungan impor pangan dengan memaksimalkan hasil petani lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *