Rencana Pembatasan BBM Bersubsidi, Pengamat: Perlu Mekanisme yang Jelas

iaminkuwait.com, JAKARTA – Fahmy Radhi, Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menilai pemerintah harusnya memberikan penjelasan mengenai mekanisme pembatasan BBM bersubsidi. Fahmy mengaku belum paham maksud pembatasan BBM bersubsidi yang dilontarkan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu.

Saya tidak tahu pembatasan apa saja yang ada, kalau pengurangan kuota ini pasti akan menyebabkan kelangkaan BBM di beberapa SPBU dan tentunya menimbulkan permasalahan baru, kata Fahmy saat dihubungi Republik Jakarta, Jumat (7/12/2024). . .

Fahmy menilai kebijakan pembatasan BBM bersubsidi harus dibarengi dengan mekanisme yang efektif agar bisa tepat sasaran. Fahmy mengatakan, cara penggunaan aplikasi My Pertamina dan pembatasan silinder mesin mobil masih jauh dari optimal.

“Hal ini memerlukan instrumen atau mekanisme yang tepat dan harus diterapkan di SPBU sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kendala bagi petugas SPBU,” kata Fahmy.

Fahmy memahami pemerintah segera membatasi penggunaan bahan bakar bersubsidi yang selama ini membebani keuangan masyarakat. Fahmy mendesak pemerintah tegas dalam mengidentifikasi kelompok masyarakat yang layak menerima BBM bersubsidi.

“Kami hanya tegaskan, misalnya sepeda motor, barang atau kendaraan angkutan perkotaan, truk diperbolehkan membeli BBM bersubsidi, sehingga yang lain tidak bisa mendapatkan BBM diskon,” kata Fahmy.

PT Pertamina (Persero) pun meresponsnya dengan rencana pembatasan bahan bakar bersubsidi. Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communications Pertamina, menegaskan komitmen Pertamina dalam melaksanakan keputusan pemerintah tersebut.

Prinsipnya nanti Pertamina akan mengikuti instruksi pemerintah, kata Fadjar saat dihubungi Republika Jakarta, Jumat (12/07/2024).

Fadjar mengatakan, Pertamina mendukung segala upaya pemerintah dalam menerapkan penyaluran gas bersubsidi agar lebih tepat sasaran. Fadjar mengatakan, sejumlah hal telah dilakukan Pertamina untuk mencapai tujuan penyaluran BBM bersubsidi.

“Pertamina memanfaatkan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM bersubsidi di SPBU secara real time untuk memastikan konsumen memenuhi syarat,” kata Fadjar.

Pertamina, lanjut Fadjar, juga memiliki program penguatan fasilitas digitalisasi dan fasilitas SPBU. Fadjar mengatakan, Pertamina berkomitmen untuk melakukan digitalisasi seluruh SPBU Pertamina yang akan menjangkau lebih dari 8.000 SPBU, termasuk SPBU di daerah tertinggal, perbatasan, dan terpencil (3T).

Hasilnya, sejauh ini 82 persen SPBU di seluruh tanah air sudah terkoneksi, lanjut Fadjar.

Menurut Fadjar, semakin banyak SPBU yang terhubung dengan sistem digitalisasi Pertamina, maka pemantauan dan pengawasan penyaluran gas bersubsidi akan semakin mudah dilakukan. Selain itu, Pertamina terus meningkatkan kerja sama dengan aparat penegak hukum (APH) untuk meningkatkan pengawasan dan penindakan penyalahgunaan BBM bersubsidi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *