iaminkuwait.com, NEW YORK — Starbucks mengalami penurunan penjualan global selama setahun terakhir, serupa dengan situasi yang dialami raksasa kopi Paman Sam, McDonald’s. Total laba bersih kuartal II 2024 sebesar USD 9,1 miliar atau setara Rp 149 triliun. Meski meningkat 6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Secara global, penjualan suka turun tiga persen dan jumlah pengunjung turun lima persen. Data menunjukkan penurunan penjualan Starbucks yang stabil pada kuartal kedua. Starbucks juga menghadapi persaingan yang ketat di segmen kopi siap minum, khususnya dari operator kopi yang berkembang pesat.
Dikutip dari CNN News, total transaksi di toko-toko Amerika Utara yang dibuka setidaknya selama satu tahun mencatat penurunan enam persen pada kuartal tersebut. Penurunan ini dibarengi dengan harga kopi yang mahal di tengah kondisi inflasi.
Karena harga minuman kopi yang mahal, semakin sedikit konsumen yang membeli minuman dan makanan di Starbucks. Selain itu, Banyak pesaing Starbucks yang berinovasi dengan menawarkan layanan pesan antar dan memperluas jaringan kafe drive-thru mereka.
“Konsumen lebih memikirkan biaya, mereka mencari makanan untuk dibawa pulang atau melakukan sesuatu di rumah. Ada persaingan dari beberapa kedai kopi Dutch Bros, misalnya,” kata RJ Hottovy, analis di Placer.ai. Dikutip Kamis (1/8/2024) CNN News.
Saham Starbucks ( SBUX ) naik lebih dari 2 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Namun, inflasi telah membuat saham Starbucks turun 19 persen hingga pertengahan tahun.
CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan dia “tidak senang” dengan kinerja perusahaannya dalam beberapa tahun terakhir. Ia menegaskan akan segera membuat strategi untuk mendorong pertumbuhan dan penghematan biaya di seluruh toko milik perusahaan di AS.
“Kita menghadapi belanja konsumen yang lebih hati-hati dan persaingan yang lebih ketat. Perluasan toko yang belum pernah terjadi sebelumnya dan perang harga besar-besaran pada tahun lalu mengorbankan persaingan dan profitabilitas,” kata Narasimhan seperti dikutip Kamis (1/8/2024).
Selain harga kopinya yang mahal, Starbucks merupakan merek Amerika yang menghadapi penolakan atau reaksi keras karena dugaan hubungannya dengan Israel.
Starbucks yang berbasis di Seattle di Timur Tengah; Gangguan tercatat terjadi di Asia Tenggara dan sebagian Eropa. Namun, penjualan di Jepang dan Amerika Latin tetap positif dan dikatakan sebagai pasar yang memiliki kekuatan signifikan.
Di tengah lesunya penjualan, Starbucks akan terus berekspansi ke 526 gerai baru di seluruh dunia, menjangkau 39.477 lokasi di 86 pasar. Jaringan kedai kopi ini membuka 130 toko di Amerika Serikat dan Tiongkok, serta 213 toko baru di Tiongkok, menjadikan pasar-pasar ini mencakup 61 persen dari total toko mereka di seluruh dunia.