REPUBLIK.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membahas penguatan posisi Indonesia dalam kerja sama dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Hal tersebut disampaikannya saat bertemu dengan Presiden AIIB Jin Liqiong di sela-sela World Bank-IMF Spring Meeting 2024 di Washington, DC, AS.
“Kami membahas sejumlah isu terkait kerja sama Indonesia dengan AIIB, penguatan posisi Indonesia dan Kerangka Transisi Energi (ETM/JETP),” kata Mulyani dalam keterangannya di Jakarta, Senin (22/04/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Menkeu menyampaikan dukungan terhadap perubahan struktur organisasi AIIB Institute, pendekatan proaktif dalam mempersiapkan organisasi yang sedang berkembang sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
“Kami sama-sama berharap proyek ini tidak hanya membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga, tetapi juga memperkuat peran AIIB dalam mendukung proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia dan wilayah lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Menkeu menjadi panelis dalam pertemuan Forum Fiskal IMF bersama Wakil Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath, Menteri Keuangan Chile Mario Marcel, dan Direktur Jenderal Ekonomi dan Keuangan Komisi Eropa Maarten Verwe. Serangkaian materi pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia.
Dalam acara tersebut, Indonesia berbagi pengalamannya dalam menangani pandemi Covid-19. Ia mengatakan, politik tidak lepas dari diskresi, termasuk di saat krisis. Indonesia juga melakukan hal yang sama.
Misalnya, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tidak boleh melebihi 3 persen dalam satu tahun anggaran. Diskresi ini merupakan bentuk respon terhadap pandemi yang sedang berlangsung dan hanya akan berlangsung selama tiga tahun.
Sementara itu, mandat yang diterapkan di Indonesia secara keseluruhan agak lebih ketat dibandingkan negara lain: Indonesia memperbolehkan defisit mencapai maksimal 6 persen, sementara negara lain memperbolehkannya mencapai 10 persen.