Terungkap Mengapa Gawai Membuat Anak Gampang Tantrum, Ini Hasil Penelitian Terbaru

iaminkuwait.com, JAKARTA – Sebuah penelitian terbaru menemukan adanya hubungan yang mengejutkan antara penggunaan tablet pada anak usia dini dengan meningkatnya kemarahan atau gangguan emosional. Temuan para peneliti di Universitas Sherbrooke Kanada ini menantang asumsi kita tentang peran teknologi dalam perkembangan anak.

Dipimpin oleh Caroline Fitzpatrick, penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana anak-anak dipengaruhi oleh waktu menonton televisi. Dengan banyaknya atau bahkan sebagian besar anak usia 4 tahun yang kini memiliki perangkat seluler sendiri dan anak-anak prasekolah menghabiskan rata-rata satu jam sehari di depan tablet, hasil penelitian ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya.

Namun mengapa tablet menarik bagi anak kecil? Berbeda dengan mainan tradisional, pil memberikan kenikmatan instan dan luar biasa. Hanya dengan menyentuh atau mengetuk layar, anak-anak dapat mengakses dunia animasi penuh warna, permainan interaktif, dan video menarik.

Taman bermain digital ini tidak hanya menarik, namun juga sangat portabel, yang berarti waktu menatap layar dapat dengan mudah menyusup ke banyak aspek rutinitas sehari-hari anak, mulai dari makan hingga naik mobil.

Masalahnya, menurut para peneliti, peningkatan penggunaan tablet dapat mengorbankan perkembangan indera penting. Tahun-tahun prasekolah adalah masa yang penting bagi anak-anak untuk belajar bagaimana mengelola emosi mereka, terutama dalam mengelola kemarahan dan depresi.

Secara tradisional, anak-anak mengembangkan keterampilan ini melalui interaksi tatap muka dengan pengasuh dan teman sebaya, serta melalui permainan yang tidak terstruktur. Namun waktu yang dihabiskan untuk menatap layar bukanlah waktu yang terbuang untuk tugas-tugas perkembangan penting ini.

“Bayangkan sistem emosional sebagai otot yang membutuhkan latihan terus-menerus untuk tumbuh. Setiap kali seorang anak mengalami frustrasi kecil seperti menunggu giliran bermain dan belajar mengatasinya, hal itu melunakkan otot emosionalnya.” Namun jika pil terus digunakan untuk mengalihkan perhatian atau menenangkan anak saat ia merasa stres, ia akan kehilangan “kesempatan pelatihan” yang penting ini, kata Caroline Fitzpatrick, menurut Study Finds, Selasa (13-8-2024).

Hasil penelitian ini menunjukkan siklus yang mengkhawatirkan. Peningkatan penggunaan pil pada usia 3,5 tahun dikaitkan dengan lebih banyak ekspresi kemarahan dan kebingungan satu tahun kemudian.

Kemudian, ketika anak-anak ini kemungkinan besar mengalami penurunan emosi pada usia 4,5 tahun, kemungkinan besar mereka akan diberikan pil, mungkin untuk mengatur perilakunya. Hal ini menciptakan putaran umpan balik di mana tablet berkontribusi dan digunakan untuk mengelola masalah pemrosesan emosional.

Bagi orang tua, hasil ini bisa terasa seperti dilema digital. Di sisi lain, tablet bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk memberikan informasi pendidikan kepada anak-anak. Sebaliknya jika digunakan secara berlebihan, pil dapat menghambat perkembangan emosi anak.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua? Caroline Fitzpatrick menyarankan agar orang tua lebih bijaksana dalam menggunakan tablet untuk anak-anaknya. Orang tua juga dianjurkan untuk melibatkan anak dalam aktivitas yang mendorong pengendalian suasana hati, seperti membaca atau berolahraga, yang lebih bermanfaat dalam jangka panjang.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *