UMJ dan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI Gelar Seminar Internasional

REPUBLIK.CO. Seminar “Islam dan Budaya Demokrasi di Dunia Islam” dilaksanakan di Auditorium H Ahmad Azhar Basir Gedung Beasiswa UMJ.

Wakil Rektor IV UMJ Dr. Septa Chandra, MH. Perwakilan rektor menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atas kepercayaannya bekerjasama dengan UMJ untuk menyelenggarakan seminar internasional tersebut. Menurutnya, topik seminar sangat menarik karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

“Saya berharap UMJ dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud dapat bersinergi dalam program serupa di dalam dan luar kampus,” kata Septa.

Beliau berpesan kepada seluruh mahasiswa dan peserta seminar untuk mempelajari materi-materi yang sangat bermanfaat dari para akademisi di tanah air. Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr. Resto Gunawan dan M Hum juga mengucapkan terima kasih kepada UMJ atas dukungannya dalam menyelenggarakan acara tersebut.

Lokakarya internasional ini merupakan salah satu program rutin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengenai peningkatan kapasitas dan sistem peningkatan kapasitas. Wakil Rektor IV sependapat dengan UMJ bahwa topik seminar sangat menarik.

Resto : “Topik ini menarik sekali. Saya kira bisa memperluas wawasan kita.”

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menyampaikan tiga pidato pada seminar internasional tersebut. Jamhari Makraf, Ph.D., dosen Universitas Islam Internasional Malaysia, Assoc. Daniel Bin Muhammad Yusuf, Departemen Studi Keagamaan dan Ketua, Program Studi Timur Tengah dan Islam, University of California Prof. Muhammad Ali, calon ilmu

Jamhari Makraf “Apakah Islam Mempromosikan Demokrasi?” Dia menjelaskan sebuah makalah berjudul (Apakah Islam Mempromosikan Demokrasi?) Menurutnya, Islam berpotensi untuk memajukan demokrasi. Fakta bahwa jutaan umat Islam di seluruh dunia hidup di negara demokrasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua pandangan tersebut.

Jamhri mengatakan umat Islam tidak memimpin perdebatan dan sebagian besar negara Muslim kaya bersifat otoriter. Selain itu, kurangnya budaya demokrasi di kalangan umat Islam.

Daniel menjelaskan, hal itu ada kaitannya dengan budaya Islam dan demokrasi. Beliau mengatakan bahwa budaya Muslim dan Barat tidak bertentangan satu sama lain dalam hal demokrasi, namun perlu adanya dialog yang berkelanjutan dan dialog yang konstruktif.

Ia juga mengutip pernyataan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang berharap penekanan konstitusi pada mayoritas umat Islam dan agama Islam dapat mempengaruhi negara lain.

Terkait demokrasi Malaysia, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan melalui tata kelola pemerintahan yang baik dan toleransi di tengah konflik, rasisme, dan fanatisme agama, Malaysia dapat menunjukkan bahwa negara multietnis dan multiagama dapat berkembang.

Sementara itu, Muhammad Ali menghasilkan makalah berjudul “Islam dan Budaya Demokrasi: Tinjauan Sejarah dan Kontemporer”. Menurutnya, hubungan Islam dan budaya demokrasi bersifat beragam dan dinamis.

Ia menemukan bahwa para cendekiawan Muslim kontemporer dan sebagian besar umat Islam sepakat mengenai prinsip-prinsip seperti kepemimpinan dan keadilan di suatu negara. Namun, mereka tidak setuju dengan nilai dan sistem politik tertentu.

Sebagian besar negara mayoritas Muslim mendukung demokrasi, sementara beberapa negara mengkritik penerapannya dan mencoba memulihkan sistem lama dalam konteks baru. Mereka juga tidak langsung menerapkan prinsip-prinsip ini.

Budaya demokrasi sebagai prinsip meliputi supremasi hukum, partisipasi politik, toleransi, kebebasan, diskusi, tanggung jawab, pendidikan, non-kekerasan, resolusi konflik. Namun, hal ini merupakan cita-cita yang sulit diwujudkan oleh banyak negara Muslim.

Ratusan peserta civitas akademika UMJ dan masyarakat umum mengikuti workshop dalam format hybrid. Guru Besar Sekjen PP Muhammadiya turut hadir dalam acara tersebut. Abdul Mati, M.Ed.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *