iaminkuwait.com, GOWA – Universitas Negeri Makassar (UNM) oleh mahasiswa PPK Ormawa Program Pendidikan Bahasa Arab (HMPS) Himpunan Mahasiswa (PBA) ARSY mendorong pengembangan potensi UMKM di Desa Tanete, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Selatan Sulawesi (Sulawesi Selatan).
“Melalui inovasi ekonomi kampus, kami mendorong Desa Tanete memiliki produk unggulan berupa sambal khas yang menjadi ikon baru perekonomian lokal,” kata Ketua Tim ARSY PPK Ormawa HMPS PBA Muhammad Ihsan, Jumat. .
Dikatakannya, proyek ini berawal dari observasi intensif dan dialog dengan masyarakat setempat, akhirnya tim PPK Ormawa melihat besarnya potensi sumber daya alam yang ada di desa tersebut.
Tim membantu menciptakan produk cabai dengan cita rasa unik dan autentik khas Kampung Tanete, dengan menggunakan jenis kacang-kacangan yang dikenal dengan nama bintutoeng yang mirip dengan kedelai hitam malika.
Menurut Ihsan, pihaknya tidak hanya memberikan pelatihan kepada warga sekitar dalam proses pembuatan produk cabai, namun juga membantu dalam pengemasan dan pemasaran produknya.
“Sekarang sambal khas Kampung Tanete tidak hanya dipasarkan di daerah Gowa saja, tapi sudah mulai merambah ke daerah lain di Sulsel,” ujarnya.
Keberadaan sambal khas yang kini menjadi ikon kebanggaan masyarakat setempat ini diharapkan juga dapat menjadi pengingat bagi wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut, serta berperan sebagai barang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. masyarakat Kampung Tanete.
“Dengan diluncurkannya produk sambal yang kaya akan cita rasa lokal ini, kami optimis sambal ini akan terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat setempat.” kata Ihsan.
Selain itu, Pemerintah Kampung Tanete mengapresiasi penuh inisiatif yang diambil untuk mengembangkan produk cabai yang kini menjadi ikon lokal. Kerja sama antara warga desa, pelajar dan pemerintah desa menunjukkan bahwa inovasi dan kerja sama dapat mendorong kemajuan perekonomian daerah.
“Sambal khas Kampung Tanete yang dijual mulai Rp 20 ribu hingga Rp 150 ribu per botol dengan tiga varian yakni original, ikan, dan ayam kini menjadi simbol kemajuan perekonomian desa dan juga bukti kerja keras. dan kerjasama yang jelas antara mahasiswa, masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.