REPUBLICACO.ID, JAKARTA – Penyakit autoimun pada anak seringkali sulit dideteksi sejak dini karena gejala awalnya sama dengan penyakit normal. Dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi, dr Endah Citraresmi menjelaskan gejala awal penyakit autoimun seperti kelelahan, demam, dan nyeri otot yang sering dianggap penyakit biasa.
Karena sulit diidentifikasi secara dini, penyakit autoimun biasanya baru terdiagnosis setelah pasien mengalami gejala yang menetap dan progresif. “Banyak penyebab autoimun yang sulit dideteksi sejak dini karena gejalanya mirip dengan penyakit normal. Oleh karena itu, pemahaman gejala dan faktor risiko sangat penting untuk mendeteksinya sejak dini, kata dr Endah dalam diskusi media virtual, Selasa (3/9/2024).
Dr Endah menjelaskan, salah satu faktor utama yang mempengaruhi risiko penyakit autoimun adalah genetik. Namun, meski faktor genetik memegang peranan penting, kondisi tersebut tidak selalu diturunkan langsung dari orang tua.
“Jadi faktor genetik itu tidak mudah. Misalnya, seorang ibu yang menderita autoimun A bisa saja memiliki anak yang menderita autoimun B. Atau kondisi autoimun pada anak tersebut bisa diturunkan dari kakek, nenek, atau kerabat lainnya, kata dr Endah.
Selain genetik, faktor lingkungan juga berperan besar dalam memicu penyakit autoimun. Lingkungan yang terlibat meliputi polusi, radiasi berbahaya, makanan yang mengandung bahan pengawet dan infeksi.
“Interaksi antara gen dan lingkungan juga bisa terjadi, dan ini membuatnya semakin rumit. Saat ini juga banyak teori yang muncul bahwa penggunaan deterjen, bahan pengawet pada makanan, dan paparan pestisida merangsang autoimun,” ujarnya.
Menurut dr Endah, ada juga jenis penyakit autoimun yang lebih sering terjadi pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, penyakit lupus lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria, dengan rasio 9 berbanding 1. Ia menjelaskan, wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena lupus karena memiliki kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hormon ini dianggap bisa menjadi pemicu penyakit lupus.
Dr Endah juga menekankan bahwa kemiskinan dan pola makan yang tidak seimbang dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun. Faktanya, mekanisme pasti di balik hal ini belum jelas, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D dan mikronutrien lebih rendah pada kasus autoimun, katanya. Dengan rentang risiko yang begitu luas, Dr Endah menekankan pentingnya kewaspadaan dan skrining dini, terutama bagi anak-anak yang memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga.