Nagita Slavina Berbagi Makanan Bekas Gigitannya, Dokter Ungkap Cara Hormati Orang Lain

iaminkuwait.com, JAKARTA — Tingkah laku publik figur Nagita Slavina yang kedapatan kerap memberikan makanan hasil jajanan miliknya kepada orang lain mendapat kecaman pedas dari warganet. Dari sudut pandang medis, adakah risiko kesehatan yang bisa timbul dari kebiasaan ini?

Menurut dokter Dr. Tan Shot Yen, pasti ada risiko perpindahan bakteri dari kebiasaan tersebut. Menurut Dr. Tan, perilaku seperti itu tidak boleh ditiru.

“Pasti ada risiko penularan bakteri dan penyakit,” kata dr Tan kepada iaminkuwait.com, Senin (22 April 2024).

Dr Tan mengatakan, semua penyakit yang dapat ditularkan melalui jalur droplet pasti dapat ditularkan melalui berbagi makanan tersebut. Menurutnya, pandemi Covid-19 yang dimulai pada tahun 2020 telah mengajarkan banyak hal kepada masyarakat.

Pandemi ini memaksa masyarakat untuk belajar tentang pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Begitu pula dengan pedoman 3M yang mencakup penggunaan masker dengan benar, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Panduan ini akan membantu orang menghindari tertular tetesan yang terinfeksi virus. Bahkan setelah pandemi selesai, penting untuk tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

“Ini termasuk menjaga kebersihan dan sanitasi pribadi,” kata Dr Tan, yang juga pakar nutrisi komunitas.

Dr. Tan memberikan contoh sopan santun dalam berbagi makanan. Yang terbaik adalah menyediakan peralatan makan Anda sendiri secara terpisah.

Orang mungkin memotong makanan dengan sendok atau pisau bersih sebelum dimakan dan dibagikan. Begitu pula saat berbagi minuman, sebaiknya setiap orang mendapat bagiannya, bukan gelas yang sama dan sedotan yang berbeda.

“Juga, jangan minum dengan sedotan terpisah. Bagikan saja tiap gelasnya,” ujarnya.

Dr Tan tidak setuju dengan gagasan bahwa berbagi makanan dengan bekas gigitan dapat dianggap normal karena beberapa orang menganggap diri mereka sebagai keluarga. Ia mengingatkan, setiap orang bisa mengalami risiko kesehatan, meski ada anggota keluarga yang tidak sakit.

“Sebaiknya dalam keluarga sendiri, selain suami istri, ada kontak fisik yang erat. Kalaupun ada yang sakit, tidak boleh bersama,” kata dr Tan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *