Ekonom Indef-Paramadina: Awas Ekonomi RI Kena Imbas Triple Horror

iaminkuwait.com, JAKARTA – Sejumlah ekonom Universitas Peramadina dan Indef mengeluarkan ‘peringatan’ kepada pemerintah terkait kondisi perekonomian nasional saat ini. Beberapa indikator perekonomian global dan lokal yang menjadi perhatian para ekonom menunjukkan bahwa Indonesia akan menghadapi permasalahan serius dalam dua tahun ke depan.

‘Kesadaran Nasional, Sadar Ekonomi?’, oleh Indef dan Universitas Parmadina. Hal ini terungkap dalam perdebatan nama. Diskusi berlangsung secara daring pada Senin (27/6/2024) dan dipimpin oleh Rektor Universitas Parmadina, Profesor Dr. Didik yang diungkap oleh Rachabini.

Indef Isha Magfiruha Rachabini dari Pusat Ekonomi Digital dan UKM menekankan perekonomian global saat ini sedang kurang baik. Perlambatan ekonomi dan stagnasi global akan berlangsung hingga tahun depan. Hal ini akan mempengaruhi prospek suku bunga dalam negeri. 

“Menjaga suku bunga global tetap tinggi sehingga mendorong capital outflow dari negara berkembang juga dirasakan Indonesia yang mendorong nilai tukar rupee ke Rp16.000,” ujarnya dalam siaran pers, Senin. malam hari Situasi ini, dia memperkirakan, akan terus berlanjut. Kenaikan nilai tukar mata uang tidak hanya di Indonesia namun juga di negara-negara berkembang lainnya mendapat tekanan dari USD. 

Ekonom Handi Riza dari Universitas Parmadina menambahkan, dunia sedang menghadapi tiga masalah besar (three horrors), yakni inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan situasi ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan berdampak pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. “Perekonomian nasional juga diprakirakan melambat,” ujarnya.

Terjadi perlambatan pembangunan ekonomi di negara Handi. Dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi baru mencapai 4,9 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, dia yakin Indonesia akan sulit bertransisi menjadi negara berpendapatan tinggi atau mempertahankan pendapatan per kapita negara maju.

Lebih lanjut, kata dia, perekonomian daerah masih ditopang oleh sumber konsumsi tradisional. Untungnya, jatuhnya harga komoditas dalam beberapa tahun terakhir telah membantunya. Tahun ini diperkirakan harga mulai normal. Oleh karena itu, dapat menghancurkan potensi keuntungan dari harga barang.

Profesor ekonomi Parmadina Vijayanto Sameerin mengatakan bahwa dengan situasi ekonomi saat ini, pemerintah baru perlu merasionalisasi atau mengubah program baik dari segi janji maupun kampanye. Perubahan program antara lain program Pembangunan Ibu Kota Kepulauan (IKN), kelanjutan proyek kereta cepat Indonesia-China, bantuan sosial masyarakat, dan sektor surat utang. 

Pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming diharapkan dapat menjaga stabilitas kebijakan dan memperkuat penegakan hukum. “Membangun kembali industri dengan mendorong penurunan kualitas di berbagai sektor,” kata Vijayanto. Hal ini juga mencakup terus mengurangi biaya transportasi dengan memperbaiki peraturan dan memperkuat infrastruktur.

Terkait pajak, Vijyanto sepakat untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui reformasi kelembagaan. Contoh ini melibatkan konversi model Departemen Umum Perpajakan menjadi lembaga pendapatan. Kemudian memperluas sektor manufaktur.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *