iaminkuwait.com, JAKARTA – Belum lama ini, jajanan latiao asal China menjadi penyebab keracunan pangan di tujuh wilayah Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) menyatakan produk latiao terkontaminasi bakteri Bacillus cereus.
Menanggapi hal tersebut, Hiro Pramono, pakar bioteknologi Universitas Erlangenga (Unir), menjelaskan bakteri Bacillus cereus mudah tumbuh pada makanan kaya karbohidrat. Hal ini memungkinkan bakteri menghasilkan lebih banyak racun yang berbahaya jika dikonsumsi.
Karena sifat bakteri Bacillus cereus yang dalam kondisi buruk dapat membentuk spora, kontaminasi dapat terjadi. Menurut dia, melalui spora bakteri yang masuk ke dalam makanan atau melalui kemasan yang rusak dan keluar ke udara terbuka. Spora bakteri yang tidak aktif akan aktif kembali jika kondisinya sesuai.
Pencemaran terjadi pada saat proses produksi, pendistribusian, maupun pada saat sampai ke konsumen. Pencemaran ini disebabkan oleh kesalahan dalam penanganan produk, kata Hero dalam keterangan tertulis, Jumat (15/11/2024): “Tempat terjadinya pencemaran. ” melalui bahan yang digunakan selama produksi, melalui kerusakan kemasan selama distribusi, dan sampai ke konsumen.”
Hero menjelaskan, makanan kemasan yang terkontaminasi bakteri Bacillus cereus memiliki beberapa ciri. Hal tersebut antara lain kerusakan kemasan, perubahan tekstur makanan, dan perubahan rasa makanan kemasan.
Munculnya lendir pada makanan yang terkontaminasi bakteri juga bisa menjadi tanda adanya kontaminasi, kata Hero.
Untuk menghindari konsumsi makanan yang terkontaminasi, Hero mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan ciri-ciri visual yang muncul pada makanan. Dengan cara ini, keracunan makanan yang terkontaminasi bakteri dapat dicegah.
“Bagi kita sebagai konsumen, penting untuk mengecek rekam jejak produsen makanan kemasan. Apakah ada kasus kontaminasi? Apakah produsen menerapkan standar operasional prosedur kebersihan yang ketat? Produksi mungkin dilakukan terlambat, jadi penting untuk diperhatikan. perhatikan sejarah pabrikannya. “.