Radar Sumut, JAKARTA – Misi Tang, Head of HSBC Global Banking Asia Pacific, memperkirakan penyebaran kendaraan listrik (EV) di Tanah Air mungkin lebih cepat dibandingkan potensi besar yang sudah ada di Indonesia.
“Menurut saya, Indonesia bisa lebih cepat (dalam hal adopsi EV). Karena Indonesia sudah punya teknologi, sumber daya mineralnya, dan mendukung dinamika geopolitik. Jadi menurut saya itu akan terjadi lebih cepat,” kata Misi di HSBC Investment Forum di Jakarta. Jakarta pada hari Selasa. 19/3/2024).
Ia mencontohkan, penetrasi mobil listrik di China hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk meningkat dari lima persen menjadi 35 persen. Menurut perkiraan misi tersebut, prevalensi mobil listrik di Tiongkok mungkin meningkat hingga 53 persen pada tahun 2025.
Meski penetrasi sudah mencapai 35 persen, Misi mengatakan sebagian besar produk baru yang tersedia di pasaran adalah model listrik dan tidak banyak model mesin pembakaran internal atau ICE.
Jadi, meskipun subsidi pemerintah dihapuskan, dia yakin adopsi kendaraan listrik akan terus meningkat di Tiongkok.
Belajar dari China, Misi mengatakan dorongan pemerintah sangat penting ketika industri mulai dan aktif mempercepat pengembangan kendaraan listrik. Selain itu, peran ekosistem baterai EV juga sangat penting.
Sejalan dengan misi tersebut, Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya mengatakan, mendukung rantai pasokan baterai kendaraan listrik menjadi salah satu fokus perusahaan saat ini, di samping proyek-proyek di sektor ESG lainnya.
Ia mencontohkan, dukungan perusahaan terhadap Merdeka Battery Materials dan perusahaan patungan antara LG dan Hyundai yang akan memproduksi sel baterai di Indonesia.
“Ada beberapa investasi asing yang datang belakangan ini. Sekitar dua tahun lalu merupakan joint venture (JV) antara LG dan Hyundai. HSBC juga mendukung transaksi tersebut. Termasuk salah satu sel baterai pertama yang diproduksi di Indonesia,” kata Riko.
Di sisi lain, Riko mengatakan HSBC juga mendukung berbagai sektor dalam rantai pasok kendaraan listrik. Beberapa pemain lain telah mendapat dukungan dari perusahaan seperti SGMW Multifinance Indonesia, VinFast dan Bluebird.
“Supply chain ini menurut kami memang end-to-end. Jadi kita tidak bisa hanya masuk ke battery misalnya. Kita harus masuk ke setiap supply chain. Nanti kita lihat mana yang menjadi prioritas pertumbuhan. Sekarang kita akan masuk ke setiap rantai pasokan,” kata Riko.
Melihat percepatan penyebaran kendaraan listrik di Indonesia, Riko mengingatkan kerja sama antara swasta dan pemerintah harus terus diperkuat.
Ia menambahkan, investor juga membutuhkan layanan perbankan untuk terhubung dengan rantai pasok pemerintah dan industri. Makanya partai Anda dilibatkan dalam peran ini.
“Ini adalah peluang besar yang diperjuangkan dan menjadi fokus Indonesia untuk membawanya ke tahap berikutnya (dalam percepatan adopsi kendaraan listrik). Namun ini juga akan menjadi jalan bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk perbankan dan HSBC, untuk mencapai tujuan mereka. Kami mencoba mengembangkannya lebih jauh, dan itu tidak mudah, kata Riko.