PIS Incar Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

Radar Sumut, JAKARTA – PT Pertamina International Shipping (PIS) menjabarkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan dalam menghadapi dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya mendukung penerapan penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), khususnya karbon. . Sektor penyimpanan dan transportasi. Strategi dan inisiatif ini diungkapkan oleh Yuki Fernande, CEO PIS, pada Hannover Messe 2024 International Forum, sebuah pameran industri ternama di Jerman yang berlangsung pada tanggal 22 hingga 26 April 2024.

“PIS hadir untuk menekankan fokusnya pada penangkapan dan penyimpanan karbon. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami berbagi apa yang akan kami lakukan terkait hal tersebut. Kontribusi apa yang akan kami berikan dan juga bagaimana kami akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan kajian, eksperimen dan riset.” dll, termasuk banyak calon mitra,” kata Yuki dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

PIS merupakan salah satu delegasi Indonesia yang berkesempatan menjadi pembicara di Paviliun Indonesia yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian. Topik yang dibahas adalah dekarbonisasi industri melalui penangkapan dan penyimpanan karbon.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang turut hadir dalam acara pembukaan paviliun Indonesia, begitu pula Nick Widyawati, CEO PT Pertamina (Persero). CCS adalah teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk membantu upaya mengurangi emisi karbon global.

“Peranan PIS di sini antara lain dalam proses CCS tentunya diperlukan rantai transportasi untuk mengangkut karbon tersebut dan ini memerlukan kapal, tangki atau tempat penyimpanan sebelum diangkut ke lokasi dimana karbon tersebut akan berada. disimpan, ” katanya. Yuki.

Terkait pelaksanaan penangkapan dan penyimpanan karbon, lanjut Yuki, Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2024 diterbitkan tentang pelaksanaan kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon, karena peraturan tersebut juga mengacu pada kemungkinan program lintas batas.

“Dalam hal ini, PIS juga mendapat kepercayaan yang luar biasa dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk menjadi suatu kompleks sistem transportasi dan logistik,” ujarnya.

Dengan armada kapal, pengelola pelabuhan, dan terminal yang ada di Indonesia, PIS yakin fasilitas tersebut dapat memenuhi kualifikasi untuk mendukung pelaksanaan program penangkapan dan penyimpanan karbon yang juga sedang berjalan di Pertamina Group.

Selain itu, PIS juga telah melakukan kajian terkait skema CCS yang diterapkan di dunia selama ini, sebagaimana Amerika Serikat (AS) dan Eropa sudah lebih dulu menerapkan skema tersebut. Sementara untuk kawasan Asia, pasar potensial terdekat ada di Singapura, disusul Jepang dan Korea Selatan yang sudah bersiap menerapkan pajak karbon dan membutuhkan tempat penyimpanan karbon.

“Potensinya besar sekali, jadi kalau misalnya harus ambil dari Singapura, harus ada kapal yang dirancang khusus untuk mengangkut karbon dioksida tersebut untuk diangkut ke tempat injeksi dan penyimpanan karbon. Potensi dan tantangan ini harus kita optimalkan,” Yuki mengoptimalkannya semaksimal mungkin agar program CCS dapat berfungsi secara efisien.

Senada, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Vadgar Djoko Santoso, mengatakan Pertamina menargetkan target net zero emisi (NZE) bisa tercapai pada tahun 2060 atau lebih awal. Untuk mendukung tujuan tersebut, perusahaan mendorong anak perusahaan untuk mengembangkan berbagai program inisiatif dekarbonisasi.

Hasilnya terlihat pencapaian penurunan emisi Pertamina Scope 1 dan 2 pada tahun 2023 telah mencapai 124 persen dari target yang telah ditetapkan, kata Vadjar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *