iaminkuwait.com, JAKARTA — Stroke, penyakit yang sering datang tanpa peringatan, merupakan ancaman serius bagi kesehatan. Namun tahukah Anda bahwa salah satu cara mencegah penyakit stroke adalah dengan rutin berolahraga?
Aktivitas fisik ternyata berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah sehingga menurunkan risiko stroke. Pakar kedokteran olahraga Caleb Leonardo Halim mengatakan, aktivitas fisik dan olahraga yang teratur secara tidak langsung dapat menurunkan risiko stroke.
Ia mengatakan aktivitas fisik ringan yang dibarengi olahraga dapat membantu mengontrol gula darah untuk mencegah berkembangnya diabetes, serta membantu meningkatkan tekanan darah. Semua ini pada akhirnya dapat mengarah pada upaya untuk mengurangi risiko stroke di masa depan.
“Stroke merupakan suatu kelainan pada pembuluh darah. Penyakit pembuluh darah biasanya disebabkan oleh penyakit lain yang disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, salah satunya adalah kurangnya aktivitas fisik,” kata Caleb dalam diskusi online Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta Senin.
Ia menjelaskan, aktivitas fisik dan olah raga memiliki arti yang berbeda. Secara teori, aktivitas fisik merupakan upaya sederhana menggerakkan tubuh dengan naik dan turun tangga. Sedangkan latihan fisik artinya tidak hanya ditandai dengan keluarnya keringat, tetapi juga dilakukan dengan program yang terukur dan diulang secara rutin.
“Misalnya naik turun tangga. Kalau hanya sesekali ini berarti aktivitas fisik. Namun jika Anda membiasakan naik dan turun tangga setiap hari, hal itu bisa menjadi latihan fisik. “Jadi sudah ada kemajuan,” ujarnya.
Caleb sejenak mengingatkan kita akan pentingnya menggerakkan tubuh, jika seseorang melakukan pekerjaan sehari-hari hanya dengan duduk dan menatap layar komputer atau laptop. Ia menyarankan untuk istirahat dari aktivitas layar (duduk istirahat) dengan bangun dan berjalan-jalan setidaknya setiap dua jam sekali. Dengan cara ini, sirkulasi darah lancar dan otot tidak menjadi kaku.
Padahal, penelitian mengatakan lebih baik berjalan kaki berapa pun lamanya. Kalaupun hanya punya waktu 5-10 menit untuk berjalan kaki, misalnya mencari makan siang di luar, tidak masalah. Nanti sore atau malam, jalan kaki lagi 5-10 menit. .Kemudian pulang kantor, jalan kaki 5-10 menit. Totalnya 30 menit sehari, katanya.
Terkait latihan fisik, Caleb mengatakan ada rumusan yang harus diingat dan diikuti masyarakat untuk mendapatkan manfaat yang efektif, yaitu FITT yang terdiri dari frekuensi, intensitas, timing (waktu atau durasi) dan Type (jenis latihan fisik) untuk . Rumus ini berlaku untuk latihan kardio dan latihan otot.
Untuk latihan kardio, frekuensi yang disarankan adalah tiga hingga lima kali per minggu. Bagi pemula, latihan kardio bisa dimulai seminggu sekali dan kemudian ditingkatkan lagi.
Intensitas atau tingkat kesulitan latihan fisik yang dianjurkan bagi pemula dimulai dari rendah hingga sedang (low to medium). Menurut Caleb, jalan santai sambil ngobrol saja sudah cukup bagi pemula.
Durasi yang diperlukan untuk latihan kardio yang efektif adalah minimal 150 menit. Caleb mengatakan kardio ideal jika dilakukan selama 30 menit sehari dan diulang secara rutin dalam lima hari.
Jenis atau jenis latihan kardio yang direkomendasikan untuk pemula adalah yang masuk dalam kategori low impact. Jika persendian Anda dalam kondisi baik, Calem mengajak orang untuk menggabungkan kardio berdampak rendah dengan kardio berdampak tinggi.
Rumus FITT juga bisa diterapkan pada latihan otot atau latihan beban, meski terdapat sedikit perbedaan dibandingkan dengan latihan kardio. Untuk latihan otot, frekuensi yang disarankan adalah dua hingga tiga kali seminggu per kelompok otot dan intensitasnya bervariasi dari sedang hingga berat.
Calem mengatakan, sebenarnya tidak ada batasan khusus mengenai durasi latihan otot, asalkan tidak terlalu lama atau terlalu intens. Jenis latihan ototnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan, baik menggunakan barbel maupun tanpa barbel, seperti push up, sit up, dan lain-lain.
“Sedangkan untuk aktivitas fisik sebenarnya hanya ada satu (rumusnya). Kurangi waktu duduk. Jangan duduk terlalu lama. Kalaupun duduk, istirahatlah dari duduk. Belum ada konsensus mengenai durasi duduk. Ada yang bilang enam jam maksimal per hari, ada yang bilang delapan jam per hari. Tapi tetap saja, jangan duduk lebih dari itu. “Perlu lebih banyak berdiri, lebih banyak bergerak,” kata Caleb.