Pengamat: Biaya Hidup Jadi Faktor Menurunnya Jumlah Pendatang di DKI

Radar Sumut, JAKARTA – Yayat Supriatna, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, mengatakan tingginya biaya hidup menjadi faktor menurunnya jumlah pendatang atau warga baru yang merantau ke Jakarta pasca lebaran tahun ini.

“Banyak pemudik yang tidak mau lagi membawa keluarganya ke Jakarta karena mereka sendiri sudah stres dengan biaya hidup yang semakin mahal,” kata Yayat dalam siaran ANTARA di Jakarta, Kamis, 18 April 2024. ).

Yayat menjelaskan, biaya makan di Jakarta saja bisa mencapai Rp3 juta per bulan. Bahkan ini pun tidak cukup untuk semua kebutuhan lainnya.

Apalagi, karena rata-rata gaji pekerja di Jakarta berkisar Rp4 juta, mereka akan lebih memilih tinggal di hostel atau rumah sewa murah. “Juga bagi mereka yang berasal dari pedesaan dan masih lajang, bisa menyewa wisma untuk satu atau lima orang untuk menghemat biaya,” ujarnya.

Ia juga menegaskan, sejak penonaktifan Nomor Induk Kependudukan (NIK) Nasional yang masih berlaku hingga saat ini, baru muncul fakta bahwa banyak warga Jakarta yang memiliki KTP Jakarta namun tidak berdomisili di Ibu Kota. . Menurut dia, data tersebut turut menegaskan mengapa tingginya biaya hidup menjadi faktor yang menyebabkan warga memilih tinggal di kota sekitar dibandingkan tinggal permanen di Jakarta.

Namun ada faktor lain, seperti kemudahan transportasi, yang memungkinkan warga tetap bekerja di Jakarta meski bukan lagi penduduk tetap. “Daripada tinggal di Jakarta, mereka bisa tetap menggunakan sepeda motor, KRL, dan bus,” kata Yayat.

Oleh karena itu, ia menilai biaya hidup mempengaruhi naik turunnya jumlah pendatang yang datang ke Jakarta. Meski demikian, hal tersebut tidak mengurangi intensitas aktivitas warga yang ingin terus mencari pekerjaan di Ibu Kota.

Sebelumnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengumumkan tren pendatang pasca Lebaran dalam empat tahun terakhir; yaitu 24.043 pendatang pada tahun 2020, kemudian menurun menjadi 20.046 pendatang pada tahun 2021. Kemudian pada tahun 2022, jumlah pendatang ini meningkat. 27.478 orang akan berkurang lagi menjadi 25.918 pendatang pada tahun 2023.

Kepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta, Budi Awaludin memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta akan berkurang dibandingkan tahun 2023, yakni sekitar 10-15.000 orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *