Dirut BRI: Kondisi Ekonomi Indonesia Lebih Relate dengan China

Radar Sumut, JAKARTA – Di tengah gejolak situasi perekonomian dan politik global, seluruh dunia dikejutkan dengan gagalnya kondisi perekonomian yang mulai terpuruk ketika wabah Covid-19 merebak empat tahun sebelumnya.

Selain itu, konflik antara Israel dan Iran kini semakin memanas, termasuk tingkat inflasi AS sebesar 3,5 persen yang memaksa Indonesia melakukan perubahan suku bunga The Fed. Menanggapi hal tersebut, Dirjen BRI. Sunarso mengatakan BRI sebenarnya punya cara pandang berbeda. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan BRI.

“BRI memiliki studi tentang hubungan perekonomian Indonesia dengan negara-negara lain di dunia, yang merupakan negara dengan hubungan paling kuat. Perekonomian kita sekarang memiliki hubungan yang kuat dengan perekonomian Tiongkok. Sementara kekuatan hubungan perekonomian Indonesia dan AS semakin menurun, ”ujarnya Sunarso dalam konferensi pers online yang memaparkan operasional BRI pada semester I 2024, Kamis (25/4/2024).

Oleh karena itu, gejolak perekonomian di Tiongkok akan berdampak besar bagi Indonesia. Seperti diketahui, perekonomian Tiongkok hanya tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2023, menurut data resmi yang ditunjukkan biro statistik setempat/NBS. Runtuhnya perekonomian Tiongkok dapat berdampak pada banyak sektor perekonomian kawasan, termasuk Indonesia, salah satunya terkait dengan sektor dunia usaha.

Perekonomian Tiongkok tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama. Namun krisis di sektor logistik menjadi kendala besar bagi perekonomian Tiongkok. Data bulan Maret lalu menyoroti parahnya krisis di sektor barang yang berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. Krisis ini juga mempengaruhi kepercayaan bisnis dan konsumen, rencana investasi, keputusan perekrutan dan kinerja pasar saham.

Meskipun Federal Reserve dan negara-negara maju lainnya tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga, Tiongkok kemungkinan akan menghadapi pertumbuhan ekspor yang rendah dalam jangka panjang. Memang benar, situasi ini merupakan bencana lain bagi harapan para pengambil kebijakan untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang kuat.

Tiongkok juga harus menghadapi konflik yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat mengenai perdagangan, teknologi, dan geopolitik. Pertemuan Politbiro yang diperkirakan akan diadakan pada bulan April kemungkinan akan memberikan panduan mengenai respons kebijakan Beijing, meskipun hanya sedikit analis yang memperkirakan akan ada banyak dorongan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *