OJK Dorong Kartini Maju Literasi Keuangan

Radar Sumut, Jakarta — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini terus berupaya meningkatkan tingkat inklusi keuangan di Indonesia, khususnya bagi perempuan. Berdasarkan data OJK pada tahun 2022, indeks inklusi keuangan Indonesia masih sebesar 85% dan indeks literasi keuangan sebesar 49%.

“Kerjanya OJK lewat program inklusi keuangan. Bagaimana kita membuka akses keuangan yang belum ada? Jadi kita bisa punya satu rekening untuk satu penyandang disabilitas, satu rekening untuk satu penyandang disabilitas, Satu rekening akan diberikan kepada setiap mahasiswa,” ujar Friederika Vidyasari Devi, Direktur Eksekutif Jasa Keuangan, Pengawas Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK. Di dalam gedung Perpustakaan Nasional Salemba. , Senen, Jakarta Pusat, Selasa (23 April 2024).

Berdasarkan data OJK, pemahaman perempuan terhadap literasi keuangan melebihi laki-laki. Namun tingkat partisipasi perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. “Makanya kita mendidik perempuan, dan programnya banyak. Jadi gap antara literasi dan inklusi bisa ditutup,” ujarnya.

Ia mengatakan, perempuan harus bisa membaca dan menulis karena merekalah yang akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya di masa depan. Oleh karena itu, OJK berkomitmen terhadap pengembangan literasi dan pendidikan masyarakat Indonesia, khususnya perempuan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pembinaan dan Penguatan Sektor Keuangan, OJK juga bertugas memberikan informasi keuangan kepada masyarakat, khususnya perempuan.

Oleh karena itu, diadakan kegiatan bertajuk “Edukasi Keuangan Perempuan di Hari Kartini” yang bertujuan untuk memberikan edukasi keuangan kepada para ibu rumah tangga. Agenda ini akan dihadiri oleh sejumlah besar pakar yang diharapkan dapat membuka khazanah ilmu bagi ibu rumah tangga.

“Kami berharap Hari Kartini tidak hanya dimaknai dengan mengenakan kebaya saja, namun dengan ide-ide yang menjadikan perempuan Indonesia semakin maju dan berdaya,” tegasnya.

Dalam hal ini, Friederica juga mengimbau perempuan Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), untuk berhati-hati agar tidak tergoda untuk meminjam ke rentenir dan rentenir. Ia juga mendesak perempuan untuk mencari pinjaman dari lembaga yang jelas terakreditasi seperti Pegadaian dan Permodalan Nacional Madani (PNM).

“Memang kalau rentenir hati-hati Bu, mereka akan lebih agresif. Suku bunganya gila-gilaan dan mengagetkan. Jangan sampai salah mengakses pembiayaan di tempat yang salah,” kata Frederica.

Literasi membuat perbedaan besar

Gina Hikmatuleda, 37, dan suaminya Amir Mukminin, 38, melihat manfaat dari pemahaman literasi keuangan yang lebih baik ketika mereka meluncurkan bisnis bakso aci bernama Cololaos. Gina pun mengikuti program andalan Pemprov DKI Jakarta, Pengusaha Jakarta (Jakpreneur), karena tak ingin berbisnis di mana pun. Berkat dukungan tersebut, Amir akhirnya mendapat berbagai fasilitas untuk menangani pelatihan IUMK, NIB, sertifikasi Halal, HKI, desain kemasan, serta pinjaman Rp 180 juta dari Bank DKI selesai.

“Alhamdulillah berkat Yak Proiner, usaha kami akhirnya mendapatkan hak kekayaan intelektual dan mendapatkan sertifikasi Halal. Bahkan kami sudah memiliki desain kemasan untuk membuat Kelas Bakso Tsanki saya,” ujarnya.

Saya juga belajar bagaimana mencatat keuangan saya sehari-hari agar bisa mengelolanya dengan lebih baik. Diakui Amirul, dulu ia sangat kesulitan dalam mengatur keuangan, terutama membedakan antara kebutuhan pribadi dan bisnis. Ia lebih memilih transaksi nontunai karena mudah dan detail pencatatannya. Sebab, transaksi tunai seringkali tidak dicatat dengan baik.

Namun, setelah pindah ke kelas tersebut, “Cololaos” harus menerima kenyataan bahwa pelanggan di pasar Carideres lebih sedikit. Hal ini dikarenakan produk dengan kemasan yang kurang rapi lebih disukai karena harganya yang lebih murah. Namun Gina dan suaminya tak menyesali hal tersebut. Dengan mengupgrade produk kami, kami dapat memperluas penjualan kami tidak hanya di pasar Kalideres tetapi juga di seluruh Indonesia. Ia pun berharap bisa mengekspor produknya dengan cepat dalam waktu dekat.

“Alhamdulillah omzet kami setiap bulannya mencapai Rp 30 juta. Kami memperolehnya dari penjualan online dan bazar seperti sekarang. Syukurlah, pendapatan harian kami dari bazar bisa mencapai Rp 2 juta,” ujarnya.

Gina dan suaminya kini memahami bahwa pengelolaan keuangan sangat penting bagi bisnis. Seiring berkembangnya bisnis Anda, pengelolaan keuangan menjadi semakin kompleks. Pengelolaan keuangan yang baik dapat membantu Anda menyelesaikan masalah keuangan secepatnya sebelum menjadi lebih besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *