Merger dengan Wika, Bos PT PP: Masih Dievaluasi

Radar Sumut, Jakarta – Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Novel Arsyad angkat bicara soal rencana merger antara PT PP dan PT Wijaya Karya (Wika). Nowell mengatakan, ide merger tersebut masih terus dievaluasi berdasarkan data kedua perusahaan pelat merah tersebut.

“Banyak data yang sedang dievaluasi. Tentu dari situ kita bisa mengetahui apa konsep dan strukturnya, apakah merger, holding, atau kepemilikan subordinasi,” kata Norvell kepada pemegang saham tahunan tersebut. pertemuan. (RUPST) konferensi pers digelar di PP Plaza, Jakarta, Rabu (24 April 2024).

Novel mengatakan, banyak pihak termasuk Kementerian BUMN dan konsultan yang ikut serta dalam proses evaluasi tersebut. Novel mengatakan PT PP masih menunggu proses evaluasi selesai.

“Kami menunggu hasil keputusan BUMN setelah dilakukan evaluasi dengan BUMN dan keterlibatan konsultan yang masih berjalan evaluasinya,” kata Novel.

Novell mengatakan tujuan dari proses ini adalah untuk menjaga reputasi baik kedua perusahaan. Langkah ini dimaksudkan agar merger memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan.

“Apakah itu merger, holding, atau holding, tentu situasinya harus dalam keadaan sehat, baik itu PT PP atau Wijaya Karya, sehingga apapun konsepnya bisa memberikan kontribusi yang lebih baik,” kata Novel.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan merger tersebut untuk memperbaiki pengelolaan pekerjaan atau infrastruktur BUMN. Erick yakin melalui integrasi, kinerja BUMN Karya akan semakin efisien dan profesional.

Eric dalam rapat kerja dengan Komite Keenam mengatakan, “Hari ini di (BUMN) Karya kami melakukan konsolidasi proses penggabungan tujuh perusahaan Karya menjadi tiga perusahaan Karya, yaitu penggabungan Adhi Karya, Nindya Karya, Brantas dan Nama Nindya Karya. DPR digelar di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19 Maret 2024).

Selain itu, Erick menggabungkan Hutama Karya dengan Waskit dan PT PP dengan Wijaya Karya. Eric menegaskan, salah satu tujuan utama integrasi ini adalah fokus pada perkembangan perusahaan yang sehat.

Eric pun mulai membagi badan usaha milik negara tersebut ke dalam kategori bisnis yang berbeda. Hal ini untuk memastikan BUMN Karya bisa lebih fokus pada misinya.

Misalnya di Hutama Karya dan Waskita akan fokus pada jalan tol, non tol, gedung institusi, serta kawasan perumahan dan komersial, kata Eric.

Sementara itu, lanjut Erick, Wika dan PP tidak beroperasi di ruas tol tersebut. Erick meminta Wika dan PP fokus membangun atau mengembangkan pelabuhan dan bandara, meski tetap bergerak di sektor residensial karena masih sisa aset dari sebelumnya.

“Kemudian penggabungan Adhi Karya dan Nindya Karya, fokusnya di bidang perairan, perkeretaapian dan tentunya beberapa bidang lainnya. Itu yang sebenarnya kita lakukan, integrasi dan kesehatan,” kata Eric.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *